NU: Donald Trump Timbulkan Radikalisme di Banyak Negara

Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel justru memicu radikalisme di berbagai negara.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 07 Des 2017, 18:06 WIB
Warga Palestina menonton pidato Presiden AS, Donald Trump di sebuah kafe di Yerusalem (6/12). Donald Trump rencananya juga akan mulai memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. (AFP Photo/Ahmad Gharabli)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Hukum Robikin Emhas menilai sikap Presiden AS Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel justru memicu radikalisme di berbagai negara.

"Berpotensi menumbuhkan sikap radikal di banyak negara. Saya protes keras pernyataan Presiden Donald Trump. PBB harus segera bertindak," ucap Robikin kepada Liputan6.com, Kamis (7/12/2017).

Selain itu, masih kata dia, pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel berpotensi meluasnya pelanggaran terhadap Prinsip Hukum Humaniter, sebagaimana diatur dalam Protokol Tambahan I Tahun 1977 Pasal 53 menentukan perlindungan bagi objek-objek budaya dan tempat pemujaan.

Meskipun demikian, dia mengingatkan protes masyarakat dunia terhadap sikap Presiden Donald Trump tidak boleh menggunakan kekerasan.

"Karena kekerasan tidak menyelesaikan masalah dan hanya menghasilkan kekerasan baru," tegas Robikin.

Sementara, Pengurus PBNU lainnya, Hery Haryanto Azumi, menyerukan kepada segenap pemimpin dunia untuk menjadikan Yerusalem sebagai simbol perdamaian dunia, kota suci umat Islam, Kristen, dan Yahudi.

"Kami mengecam keputusan Presiden Trump tersebut, menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ujar Hery.

Dia menilai Presiden Trump tidak memperhatikan proses perdamaian yang telah dicapai dengan susah payah. Kebijakan Trump, menurut dia, justru memancing tumbuhnya radikalisme di mana-mana.

"Kami meminta Presiden Joko Widodo untuk memimpin dunia guna mempertahankan harmoni dunia," ucap Sekjen Majelis Dzikir Hubbul Wathon itu.

Dia mengajak para pemimpin dunia yang lain untuk membuat konsensus perdamaian yang lebih permanen.

"Presiden Trump telah memprovokasi terjadinya konflik besar yang bisa menjerumuskan dunia ke dalam perang dunia," Hery menandaskan.

2 dari 2 halaman

Putar Balikkan Fakta

Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK mengatakan, usai pengumuman Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, akan memantik suasana menjadi panas.

Dia menuturkan, bukan hanya di kawasan Timur Tengah, pengakuan sepihak Trump terhadap Yerusalem juga akan menimbulkan gejolak di Indonesia.

"Pasti, bukan hanya di kawasan Timur Tengah yang memanas. Di negara lain, seperti di negeri kita bisa saja macam-macam lagi demo, Kedutaan AS, atau negara lain akan terjadi. Dan itu sudah diperingatkan," kata JK di Serpong, Banten, Kamis (7/12/2017).

Dia menuturkan, apa yang dilakukan AS telah memutarbalikkan fakta. Meski demikian, Indonesia belum ada keinginan untuk memutuskan hubungan diplomatik.

"Namanya AS, ya begitu semua memutarbalikkan keadaan. (Memutuskan hubungan diplomatik) Belum dipikirkan," ungkap JK.

 

Saksikan video di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya