Pemerintah Klaim Indonesia Tak Lagi Krisis Listrik

Kebutuhan listrik nasional terus meningkat seiring terus tumbuhnya perkonomian nasional.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 02 Des 2017, 19:12 WIB
Selain PLTGU Tanjung Priok untuk mengantisipasi krisis listrik di Jawa juga disiapkan beberapa proyek pembangkit listrik tambahan seperti PLTGU Muara Karang, PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Grati, Jakarta, Kamis (4/9/2014) (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa saat ini tidak ada lagi sistem kelistrikan yang mengalami krisis atau defisit. Pasalnya, dalam tiga tahun ini Indonesia pasokan listrik ‎Indonesia meningkat 7,1 Giga Watt (GW).

Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agoes Triboesono mengatakan, pemerintah saat ini serius menjalankan program ketenagalistrikan, agar pasokan listrik Indonesia semakin handal.

Hasilnya, hingga periode 1 Oktober 2017 tidak ada lagi sistem ketenagalistrikan nasional yang mengalami defisit. "Dibanding tahun 2015 dengan kondisi 9 sistem kelistrikan defisit," kata Agoes, di Jakarta, Sabtu (2/12/2017).‎

Kebutuhan listrik nasional terus meningkat seiring terus tumbuhnya perkonomian nasional, hal tersebut diimbang dengan penambahan kapasitas pembangkit listrik nasional.

Saat ini total daya mampu pasokan listrik seluruh Indonesia mencapai 60,1 GW atau naik 7,1 GW dalam 3 tahun terakhir dibanding 2014 sebesar 53 GW.

Jenis pembangkit listrik berbahan bakar batubara memiliki kapasitas terbesar menggantikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 29,8 GW atau 50 persen dari pembangkit yang beroperasi di Indonesia, kemudian disusul dengan gas bumi sebesar 16,8 GW atau 28 persen, Energi Baru Terbarukan sebesar 7,2 GW atau12 persen dan BBM 6,2 GW atau 10 persen.

“Pemerintah mempunyai program untuk terus mengembangkan infrastruktur ketenagalistrikan di Indonesia," tutup Agoes.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Program 35 Ribu MW

Untuk diketahui, program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) telah berjalan selama dua tahun. Dalam kurun waktu tersebut, pembangkit listrik yang sudah beroperasi‎ menambah daya pasok sebesar 948 MW.

Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengungkapkan, PLN telah melakukan penandatanganan perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement /PPA) dengan pihak pengembang pembangkit listrik swasta sebanyak 29.746 MW. Penandatanganan itu sejak Mei 2015, dan program listrik 35 ribu MW berjalan.

Made melanjutkan, untuk pembangkit listrik yang masuk dalam tahap konstruksi mencapai 15.126 MW dan yang sudah beroperasi 948 MW.

"Pembangkit listrik yang sudah selesai sebanyak 948 MW," kata ‎Made, dalam diskusi Forum Mendeka Barat‎, Kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi Jakarta, Kamis (30/11/2017).

Sudah dua tahun program kelistrikan 35 ribu MW berjalan. Namun listrik yang menga‎lir baru 948 MW. Made mengungkapkan, hal tersebut diakibatkan pembangkit yang dibangun tidak sama jenisnya sehingga pembangunannya membutuhkan waktu yang berbeda-beda.

"Baru selesai 948 MW padahal sudah dua tahun. Karena jenis pembangkit macam-macam. Contoh PLTA bangun bendungan dulu itu 6 tahun baru bisa beroperasi. Paling mudah memang pembangunan PLTMG 9 bulan selesai," jelas Made.

Selain membangun pembangkit, program kelistrikan 35 ribu MW juga membangun jaringan kelistrikan dan Gardu Induk. Pada program tersebut PLN mendapat tugas membangun transmisi 46.813 kilometer sirkit (kms) dan Gardu Induk 109.199 Mega Volt amper (MVa).

"Program 35 ribu MW ini kita tidak hanya bangun pembangkit, tapi transmisi untuk distribusikan pembangkit listrik ke pelanggan," tutur Made.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya