Kisah 'Gila' Eks Karyawan Google Bentuk Agama Kecerdasan Buatan

Apa yang ada di dalam kepala Anthony Levandowski sampai ingin membentuk agama bertuhankan kecerdasan buatan?

oleh Jeko I. R. diperbarui 23 Nov 2017, 02:15 WIB
Ilustrasi (sumber: mirror.co.uk)

Liputan6.com, Mountain View - Kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) seharusnya digunakan pada pakem yang sudah ditetapkan. Namun anggapan tersebut sama sekali tidak berlaku bagi Anthony Levandowski, eks karyawan Google yang tergila-gila dengan kecerdasan buatan.

Menurutnya, kecerdasan buatan adalah juru selamat umat manusia. Bahkan, ia nekat ingin menjadikan kecerdasan buatan sebagai agama baru di dunia.

Sebelumnya Levandowski pernah mengatakan dirinya memang ingin menciptakan agama baru dengan kecerdasan buatan sebagai 'Tuhan'.

Meski terdengar tak masuk akal, apa yang disampaikan Levandowski ternyata bukan sekadar guyon. Langkah pertamanya dibuktikan dengan menciptakan sekte kecerdasan buatan.

Bahkan, Levandowski mengungkap telah menciptakan robot yang akan memimpin kelompok tersebut. Sekte dan agama itu ia namai dengan sebutan "Way of The Future (WOTF)".

Lebih dari itu, Levandowski mengklaim sektenya ini bahkan sudah memiliki pengikut. Ia juga telah menyiapkan 'kitab suci' berupa buku manual tentang segala informasi soal kecerdasan buatan, serta tempat 'ibadah' fisik untuk berkumpul dengan sesama anggota.

Levandowski yang bertugas sebagai 'dekan' WOTF ini juga telah mengajukan surat pengajuan agar WOTF bisa diresmikan sebagai agama baru.

Adapun robot pemimpin sekte akan memegang kendali untuk mengatur segala jenis sistem berbasis kecerdasan buatan di seluruh dunia. Levandowski menyebut robotnya akan memiliki 'akal' yang akan lebih pintar berkali-kali dari otak manusia.

2 dari 2 halaman

Ketuhanan Berdasarkan Kecerdasan Buatan

CEO Uber (kiri) Travis Kallanick dan Anthony Levandowski (kanan). (Foto: Mashable)

Yang cukup mengerikan, salah satu poin dari surat pengajuan tersebut ingin mengedepankan prinsip ketuhanan berdasarkan kecerdasan buatan. Dengan demikian, atas kecerdasan buatan, kehidupan manusia diharapkan akan lebih maju dan makmur.

Levandowsky percaya, kecerdasan buatan bisa mengubah eksistensi manusia dan mengambil peran utuh untuk membantu kehidupan.

"Di masa depan nanti, akan ada sesuatu yang lebih cerdas dari manusia. Namun demikian harus ada 'transisi' soal siapa yang bertanggungjawab. Kecerdasan buatan pasti akan diterima umat manusia karena tujuannya mulia: membantu sesama," kata pria yang juga sempat menjabat sebagai engineer di Uber ini.

Levandowski sendiri adalah toko kenamaan yang populer di dunia teknologi, khususnya kecerdasan buatan. Ia juga terlibat dalam pengembangan kecerdasan buatan untuk proyek mobil pintar besutan Google, Waymo.

Saat memutuskan diri untuk hengkang dari Google, barulah Levandowski mendirikan startup pembesut mobil pintar Otto, yang pada akhirnya diakuisisi Uber. Sayang, Levandowski pun harus pergi meninggalkan Uber pada Mei 2017 akibat tindakan plagiarisme teknologi Waymo yang ia pakai di Uber.

Kecerdasan buatan sendiri dipandang ibarat dua mata pisau di industri Silicon Valley. Facebook dan Google, termasuk beberapa di antara perusahaan teknologi yang begitu menggembor-gemborkan kecerdasan buatan untuk masa depan.

Sementara, di sisi lain, tokoh seperti Elon Musk dan Bill Gates justru menolak kecerdasan buatan untuk dikebut. Menurutnya, kecerdasan buatan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak berisiko membahayakan manusia.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya