Jokowi: Saya Melihat Fenomena Gampang Sekali Mengafirkan Orang

Presiden menilai, ke depan metode berdakwah menggunakan media sosial akan sangat efektif terutama untuk generasi milenial.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2017, 08:09 WIB
Presiden Jokowi berjalan diantara hadirin usai membuka pameran Trade Expo 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (11/10). Usai pembukaan, Jokowi langsung menuju area pameran produk-produk Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Mataram - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan, kemudahan yang diperoleh melalui perubahan global dengan adanya media sosial, e-commerce, dan digital ekonomi perlu disikapi dengan hati-hati.

Sebab, kalau tidak disaring, kemudahan ini akan sangat berbahaya dalam mempengaruhi karakter bangsa, mempengaruhi nilai-nilai keislaman, dan mempengaruhi santri-santri yang ada di banyak pesantren.

"Karena apa pun bisa kita lihat sekarang dengan membuka internet dan media sosial, berdakwah di media sosial, kita lihat di Youtube semuanya ada di situ," kata Jokowi saat menutup Konferensi Internasional dan Multaqa Nasional IV alumni Al-Azhar Indonesia di Islamic Center NTB, Mataram, NTB, Kamis 19 Oktober 2017.

Pertanyaannya, ucap Presiden, siapa yang menyaring, siapa yang akan men-screening konten atau materi yang dipublikasikan? Sebab, belum tentu informasi yang disampaikan itu benar.

"Karena sekarang saya melihat fenomena gampang sekali mengafirkan orang," ujar Jokowi seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet.

Presiden menilai, ke depan, metode berdakwah menggunakan media sosial akan sangat efektif, terutama untuk generasi milenial, anak muda yang mau tidak mau harus dirangkul dengan dakwah.

Karena itu, dengan negara sebesar Indonesia, Kepala Negara mengajak semua umat Islam untuk bersama-sama membangun ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah bashariyah.

"Karena itulah yang diperlukan negara ini dalam rangka mengejar ketertinggalan dari negara yang lain," tutur Jokowi.

2 dari 2 halaman

Dukung Moderasi Islam

Selain itu, Presiden juga sempat menyinggung alasan bersedia hadir dan menutup Konferensi Internasional dan Multaqa IV Alumni Al-Azhar di Islamic Center NTB.

"Kenapa saya hadir, saya tahu Al-Azhar adalah sebuah institusi besar dengan pemikiran-pemikiran yang besar, itu kenapa saya hadir pada sore ini," ujar Jokowi.

Dia mengungkap, pada Januari 2016 lalu, ia sempat bertemu dengan Grand Syeikh Al-Azhar. Pada pertemuan tersebut, Grand Syeikh menjelaskan pentingnya moderasi Islam atau dalam bahasa Arabnya wasathiyah dalam menjaga toleransi.

Karena itu, Presiden ke-7 RI ini sangat mendukung tema konferensi yang dihadiri ratusan alumni dan ulama Universitas Al-Azhar dari berbagai negara ini tentang pentingnya moderasi Islam.

"Saya sangat mendukung sekali tema konferensi ini, mengenai moderasi Islam, dan mengenai toleransi Islam," ucap Jokowi.

Tampak hadir dalam acara yang bertemakan "Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi" itu antara lain Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin, dan Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya