Strategi Wisata Kuliner dan Belanja Dimatangkan di Jakarta

Strategi Wisata Kuliner dan Belanja Dimatangkan di Jakarta

oleh Cahyu diperbarui 21 Sep 2017, 12:31 WIB
Strategi Wisata Kuliner dan Belanja Dimatangkan di Jakarta

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo alias Jokowi ikut mengampanyekan wisata belanja dan kuliner dengan cara mengajak keluarganya ke mall. Sekarang, giliran Menpar Arief Yahya yang aktif mengampanyekan wisata kuliner dan belanja.

Cara yang dipilihnya sangat simpel. Lewat kementerian di bawah komandonya, ia menggelar Workshop Strategi Pemasaran Wisata Kuliner dan Belanja (Wiskulja) untuk wisatawan mancanegara (wisman).

Culinary and shopping itu bisa dinikmati siapa saja. Sudah dibuat dibuat lama, turun temurun, ratusan bahkan ribuan kali dimodifikasi berdasarkan selera customers. Jadi perlu strategi khusus untuk meng-handle hal ini," ujar Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana.

Wiskulja untuk wisman digelar selama dua hari, yaitu pada Selasa (19/9/2017) dan Rabu (20/9/2017), di Hotel Santika Premiere Jakarta. Sebanyak 60 peserta dari unsur pemerintah, industri, dan komunitas diajak menyelami wisata kuliner dan belanja.

Semua diajak berdiskusi membahas detail peran wisata kuliner dan belanja sebagai bagian dari strategi pemasaran wisata budaya. Juga berbagi informasi dan pengetahuan tentang upaya pemasaran bagi berbagai bentuk wisata kuliner dan belanja.

"Potensinya tergolong besar. Kuliner terlezat nomor satu dan dua dunia 2017 ada di Indonesia. Segmen wisata kuliner dan belanja juga bisa berkontribusi untuk menciptakan 13 juta lapangan kerja, menciptakan 270 triliun devisa atau 20 juta wisman,” ucap Pitana.

Nah, untuk mengangkat segemen tersebut tidak bisa instan. Diperlukan pengenalan produk terlebih dahulu serta penerapan strategi yang tepat, inilah yang diasah di workshop tersebut.

Strategi pemasarannya diarahkan agar tidak keluar dari rumus Destinasi, Originasi dan Timeline (DOT). Kemudian, ketika merancang strategi untuk promosi, framework-nya pasti Branding, Advertising dan Selling (BAS). Sementara itu, untuk memilih channel promosi, maka kerangkanya pasti Paid On dan sosial media plus endorser.

"Dalam ketiga framework inilah kita bermain untuk strategi yang unik, spesifik untuk masing-masing segmen. Dengan wisata lainnya strateginya akan sama, tapi produknya yang berbeda," kata Pitana.

Arief Yahya pun ikut buka suara. Menurutnya, shopping itu sudah satu paket dengan kuliner dan harus ada di setiap destinasi.

"Karena memang ada karakter wisman yang setiap berwisata itu mensyaratkan harus ada kuliner dan belanja," ujar menteri asal Banyuwangi tersebut.

Pesan Arief hanya satu, dia ingin diskusi jangan hanya menghasilkan rekomendasi dalam tatanan konsep.

“Tapi langsung implementasikan di 2018,” ucapnya.

Hal tersebut dianggap sangat penting lantaran Bank Indonesia menyebutkan bahwa pengeluaran wisman di Indonesia rata-rata sekitar Rp 5,3 juta dengan rata-rata lama berlibur antara empat hingga lima hari. Pengeluaran terbanyak datang dari biaya menginap (akomodasi), makan, paket tur, dan belanja buah tangan atau cinderamata.

“Kalau dari spending-nya, kuliner dan belanja itu lumayan tinggi. Jadi jangan berhenti di workshop saja. Harus berlanjut ke commercial value,” kata Arief.


(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya