Sebuah Topi berada di meja di pusat Layanan Komunitas Korea di New York (10/8). Komunitas Korea berharap diplomasi bisa mengatasi ketegangan AS dan Korut. (AFP Photo/Don Emmert/To Go With AFP STORY by Jennie Matthew, NKorea-US-nuclear-diaspora)
Pria bermain Baduk, versi Go Korea, di pusat Layanan Komunitas Korea di New York (10/8). Sekitar 100.000 orang Korea tinggal di New York City. (AFP Photo/Don Emmert/To Go With AFP STORY by Jennie Matthew, NKorea-US-nuclear-diaspora)
Warga bermain pingpong di pusat Layanan Komunitas Korea di New York, AS (10/8). Kebanyakan dari mereka berada di wilayah kecil Presiden Donald Trump di Queens. (AFP Photo/Don Emmert/To Go With AFP STORY by Jennie Matthew, NKorea-US-nuclear-diaspora)
Wanita belajar membuat kaligrafi di pusat Layanan Komunitas Korea di New York, (10/8). Sekitar 1,7 juta keturunan Korea tinggal di AS-diaspora Korea terbesar kedua di dunia setelah China. (AFP Photo/Don Emmert)
Pria bermain Janggi (catur Korea) di pusat Layanan Komunitas Korea di New York (10/8). Komunitas Korea berharap diplomasi bisa mengatasi ketegangan AS dan Korut. (AFP Photo/Don Emmert/To Go With AFP STORY by Jennie Matthew, NKorea-US-nuclear-diaspora)
Seorang pria membaca koran di pusat Layanan Komunitas Korea di New York (10/8). Sekitar 100.000 orang Korea tinggal di New York City (10/8). (AFP Photo/Don Emmert/To Go With AFP STORY by Jennie Matthew, NKorea-US-nuclear-diaspora)
Kwang Sup Jang (kanan) menunjukkan foto dirinya sebagai pendeta di pusat Layanan Komunitas Korea di New York (10/8). Kwang Sup Jang bekerja sebagai pendeta di militer Korea dan menghabiskan tiga tahun di Zona Demiliterisasi Korea.(AFP Photo/Don Emmert)