Donald Trump: Putin Justru Ingin Hillary Clinton Jadi Presiden AS

Donald Trump membantah tuduhan bahwa Rusia membantu memenangkan dirinya dalam Pilpres AS.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 13 Jul 2017, 08:28 WIB
Ekspresi Presiden AS, Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu di KTT G20, di Hamburg, Jerman (7/7). Pertemuan kedua pemimpin negara adidaya ini menjadi sorotan dunia. (AFP Photo/Soul Loeb)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah tuduhan bahwa Rusia membantu memenangkan dirinya dalam Pilpres 2016 lalu. 

Menurutnya, Rusia justru tidak mau dirinya jadi Presiden AS. Kata Trump, Negeri Beruang lebih suka melihat pesaingnya saat itu Hillary Clinton menang.

"Presiden Rusia Vladimir Putin lebih suka Hillary Clinton. Sebab, ia akan membuat militer AS lebih lemah dan harga energi melonjak di bawah pemerintahannya," sebut Trump dalam wawancara dengan CBN, seperti dikutip dari BBC, Kamis (13/7/2017).

"Ada beberapa hal yang aku lakukan bertentangan dengan kemauan mereka. Apa yang aku dengar bahwa mereka (Rusia) lebih suka kepada Trump, kemungkinan tidak benar," sambung miliarder nyentrik itu. 

Trump beralasan, Rusia tidak mau melihat militer AS kuat. Sementara, dia adalah orang yang sangat berkeinginan memperkuat angkatan bersenjata Negeri Paman Sam.

"Saya ingin militer yang kuat. Tapi dia (Hillary) tidak akan mengalokasikan uang untuk angkatan bersenjata," kata dia.

"AS sebagai negara adidaya paling besar di dunia pantas bila memiliki militer yang sangat kuat. Itulah sebabnya Putin tidak menyukai saya."

Isu bahwa dirinya disokong Rusia, dijelaskan Trump tidak masuk di akal. Ia pun heran dari mana kabar tersebut bisa muncul.

"Dia ingin yang terbaik bagi Rusia dan saya ingin yang terbaik bagi AS, sejak hari pertama saya mengutarakan keinginan untuk memperkuat militer, dan dia tidak menginginkannya," kata Trump.

Saat ini investigasi masih dilakukan, untuk menyelidiki dugaan intervensi Rusia dalam Pilpres AS, yang menguntungkan pihak Donald Trump.

Meski beberapa kali berbincang lewat telepon, pertemuan perdana Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin berlangsung di tengah penyelenggaraan KTT G20 di Hamburg, Jerman beberapa waktu lalu. 

Soal pertemuan itu, Trump mengaku pertemuan berlangsung akrab. "Orang-orang berkata, mereka (dia dan Putin) seharusnya tidak akur. Siapa bilang? Saya pikir kami bisa bergaul dengan sangat baik," kata dia.

"AS adalah negara yang punya kekuatan nuklir yang sangat kuat, begitu juga mereka. Tak masuk akal kita tidak menjalin hubungan." 

Donald Trump mengatakan, gencatan senjata baru-baru ini di Suriah barat daya adalah contoh bagaimana kerja sama dengan Putin dilakukan.

Simak video berikut:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya