JK: Peristiwa Penyerangan Polisi Tanda Teroris Masih Ada

Wiranto menambahkan, aksi yang terjadi belakangan ini menimpa anggota polisi bisa dianggap sebagai aksi teroris.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 12 Apr 2017, 07:32 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla (Liputan6.com/ Ahmad Romadoni)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi kejadian penyerangan terhadap aparat Kepolisian. Di sejumlah daerah, mereka menjadi sasaran penyerangan oleh orang yang dianggap teroris.

Pria yang akrab disapa JK ini menyatakan, aksi teror ini memperingatkan kepada semua bahwa kelompok teroris masih ada dan berkeliaran di beberapa tempat.

"Jadi kita harus betul-betul, pemerintah, aparat keamanan, harus serius. Tapi di lain pihak kita juga mengapresiasi bahwa Kepolisian itu dapat mengatasinya," kata JK di kantornya, Jakarta, Selasa (11/4/2017).

Menurut dia, aksi penangkapan teroris tak hanya dilakukan polisi antiteror saja, tapi juga polisi lalu lintas memulai pengadangan terhadap aksi tersebut. Karena itu ini patut diapresiasi.

"Itu bagi kita, suatu tindakan yang merupakan kesiap-siagaan secara keseluruhan sebenarnya. Jadi itu memperingatkan kita bahwa (teroris) masih ada, tapi kita juga apreasiasi kepolisian itu," ucap Kalla.

Sementara itu Menko Polhukam Wiranto menegaskan, aksi yang terjadi belakangan ini dianggap sebagai aksi teroris. Sebab sudah berani menyerang aparat.

"Dugaan kamu siapa, kriminal biasa itu punya senjata? Bisa beli senjata? jelas-jelas teroris. Jangan sampai kita ini mempunyai prasangka buruk kepada aparat keamanan, densus 88, BNPT. Itu harus kita berikan apresiasi maupun kita bantu, karena mereka melindungi masyarakat," tutur Wiranto.

Menurut dia, jangan semua menyalahkan apa yang dilakukan kinerja kepolisian. Karena itu, semua pihak harus berpikir terbuka.

"Kalau ada teroris ngebom enggak ketangkap, ribut. Katanya polisi enggak kerja. Ketangkap ketembak, disalahkan. Ini bagaimana. Kan enggak betul seperti itu. Jangan seperti itu," kata Wiranto.

Dia menegaskan, kalau ada sekelompok orang yang bersenjata menyerang petugas, itu adalah teroris. Mereka meneror masyarakat dan petugas yang melindungi masyarakat.

Karena itu, jika sudah ada yang berlaku seperti itu, pihaknya tak bisa lagi menggunakan cara pelan. Harus melalui tindakan.

"Makanya teroris dihadapi dengan cara-cara bagaimana? Cara-cara kekerasan. Kalau enggak sadar, kalau sudah bawa senjata begitu. Masa kamu pakai imbauan, pakai ketapel, ya enggak bisa dong," ujar Wiranto.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya