Anak Lebih Beruntung Jika Dilahirkan Ibu Usia 35 Tahun Keatas?

Tidak usah terburu-buru punya anak, ternyata hamil tua lebih menguntungkan si buah hati ke depannya. Berikut alasannya.

oleh Adanti Pradita diperbarui 02 Apr 2017, 15:00 WIB
Tidak usah terburu-buru punya anak, ternyata hamil tua lebih menguntungkan si buah hati ke depannya. Berikut alasannya.

Liputan6.com, Jakarta Wanita era jaman sekarang kerap kali dihimbau untuk memiliki anak di usia muda. Himbauan ini bukan tanpa alasan. Memiliki anak saat usia masih muda membuat sang ibu dan ayah lebih punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama-sama. Usia yang terlampau jauh jaraknya akan mempersingkat waktu pendekatan antara anak dan orangtua.

Terlepas dari fakta tersebut, sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh sekelompok peneliti di Aarhus University di Denmark menunjukan bahwa wanita yang hamil di usia tua atau memiliki anak saat usianya sudah 35 tahun keatas justru menguntungkan sang anak ke depannya.

Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Developmental Psychology ini mengungkap fakta bahwa anak yang terlahir dari ibu berusia tua yakni 35 tahun keatas lebih baik dalam mengendalikan emosinya, lebih jago dalam bersosialisasi dan lebih dewasa dalam bertingkah laku.

“Ibu yang usianya tergolong sudah tua umumnya lebih baik dalam mendidik dan tidak akan menggunakan kekerasan fisik saat berupaya mendidik atau mendisplinkan anak mereka,” peneliti sekaligus profesor di Aarhus school of business and social science, Dion Sommer menerangkan lewat pernyataan resmi, mengutip Indian Express, Minggu (2/4/2017).

Sommer berpendapat, cara mendidik atau cara mengasuh ibu yang usianya sudah tergolong tua lebih dewasa, menenangkan dan pasalnya akan menciptakan lingkungan psikososial yang lebih positif terhadap anak seiring dengan bertambahnya usia mereka.

Cara mendidik ibu yang usianya tergolong masih muda biasanya lebih suka memarahi dan membuat anak ketar-ketir lantaran dibuat cemas terus-menerus. Cara seperti ini justru akan membuat anak tumbuh dengan gaya hidup dan perilaku yang buruk.

Studi tersebut dilakukan dalam bentuk survei dan melibatkan sekitar 4.741 ibu di seluruh negara Denmark.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya