Warga AS Suka Pakai Kartu Kredit, Bagaimana Orang Asia?

Financial technology juga turut memperkenalkan metode pembayaran cashless alias non-tunai.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 01 Apr 2017, 18:00 WIB
Siapa bilang untuk memiliki kartu kredit Anda harus menempuh beragam proses yang merepotkan? Simak tips berikut ini

Liputan6.com, Jakarta - Kecanggihan teknologi telah merambah segala bidang, tak terkecuali bidang teknologi finansial. Dalam perannya, teknologi finansial memudahkan askes layanan keuangan hingga menjangkau masyarakat di daerah terpencil.

Financial technology atau yang lebih dikenal dengan nama fintech adalah bidang bisnis yang bergerak di bidang perusahaan teknologi yang tujuannya untuk memperbaiki sistem finansial dengan mengandalkan software.

Fintech juga turut memperkenalkan metode pembayaran cashless alias non-tunai. Metode pembayaran ini juga terkadang disebut dompet digital. Seperti apa perkembangannya? Simak fakta-fakta berikut, seperti dikutip dari Cekaja.com, Sabtu (1/4/2017):

Terus tumbuh

Salah satu perusahaan pionir yan menyediakan jasa peer-to-peer (P2P) payments di antara penggunanya adalah Paypal. Tahun 2015, total transaksi menggunakan platform tersebut mencapai US$ 282 miliar.  

Kini semakin mudah lagi. Hanya melalui ponsel berteknologi NFC, masyarakat bisa melakukan pembayaran. Akun rekening bank atau kartu kredit semakin terkoneksi dengan ponsel sehingga masyarakat bisa melakukan pembayaran saja.

Kemudahan lainnya juga ditawarkan oleh perusahaan transportasi online, di mana penumpang tinggal mengisi saldo dan ongkos akan terpotong otomatis.

Tiap negara, beda tipe pembayaran non-tunai

Budaya dan kebiasaan turut mempengaruhi perkembangan transaski non-tunai. Di Eropa, kartu kredit paling banyak dipakai sebagai alat transaksi non-tunai. Namun uniknya, di Swedia dan Filandia kartu debit lebih sering dipakai daripada kartu kredit.

Di Asia di mana penetrasi kartu kredit masih rendah namun pengguna ponsel pintar sangat banyak, transaksi non-tunai mulai banyak digunakan menggunakan kartu keluaran bank yang bisa diisi ulang. Di Indonesia sendiri, penumpang KRL dan busway diwajibkan untuk memiliki kartu non-tunai bank.

Memudahkan pebisnis e-commerce maupun konsumen

Anda suka belanja online? Kalau demikian Anda pasti setuju kalau pembayaran melalui transfer, kartu kredit, atau dompet digital membuat transaksi dan verifikasi pembayaran lebih cepat. Lebih cepat dibayar, lebih cepat juga barang diproses, dan lebih cepat pesanan sampai di rumah.

Namun e-commerce di negara-negara di Asia Tenggara masih menyediakan jasa COD (Cash and Delivery) karena penetrasi bank belum merata.

Memunculkan banyak startup baru

Di Indonesia sendiri, banyak orang yang ragu memakai kartu kredit karena takut terjebak utang. Namun ketika ada pilihan transaksi non-tunai, opsi ini langsung digemari karena memang dalam praktiknya tidak ada tagihan dan bunga.

Munculnya startup seperti Doku, Uang Teman, Go-Pay, dan lain-lain yang tergabung dalam Asosiasi Fintech Indonesia memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi non-tunai.

Dalam survei TSYS tahun 2014, hanya 9 persen masyarakat Amerika yang masih memilih bertransaksi tunai. Akankah Indonesia menyusul negara-negara maju lainnya?

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya