Menteri Susi: RI Jadi Negara Pemasok Pelaut Terbanyak di Dunia

Banyak perusahaan perikanan di dunia yang dibutakan akan keuntungan hasil laut.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 27 Mar 2017, 16:30 WIB
Larangan Menteri Susi Bikin Nelayan Pantura 'Gantung Jaring' (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan sebagai negara maritim, Indonesia merupakan salah satu negara pencipta pelaut terbanyak di dunia. Orang Indonesia tak hanya jadi nelayan lokal saja, tetapi juga banyak yang bekerja di perusahaan-perusahaan kelas internasional.

Susi menjelaskan, saat ini ada puluhan ribu nelayan asal Indonesia yang bekerja untuk berbagai perusahaan di penjuru dunia. "Indonesia adalah satu yang paling besar sebagai pemasok nelayan di dunia," kata Susi Pudjiastuti di kantornya, Senin (27/3/2017).

Hanya saja, diakui Susi, banyak perusahaan-perusahaan perikanan di dunia yang dibutakan akan keuntungan hasil laut. Terus meningkatnya pasar seafood di dunia menjadikan para pekerja di sektor perikanan ini harus bekerja keras meningkatkan hasil tangkapan.

Namun, hal itu tidak diimbangi dengan peningkatan kesejahteraan para pekerja. Bahkan, banyak perusahaan yang mempraktikkan sistem perbudakan dalam menjalankan bisnisnya.

Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, masih banyak praktik-praktik human traficking dalam industri perikanan saat ini. Susi pun menegaskan hal ini tidak boleh terjadi lagi.

"Mereka sering bekerja selain menangkap ikan juga transporting narkotika.‎ Para nelayan tidak tahu apa-apa. Mereka bekerja tanpa tahu mereka melanggar hukum. Mereka dipaksa bekerja melawan hukum," ujar Susi Pudjiastuti.

Untuk itu Susi menggandeng ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) dan Yayasan Hak Asasi Manusia Internasional untuk Standard-Standard Pelaporan (FIHRRST), didukung oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belgia untuk Indonesia, demi mensosialisasikan kepada dunia internasional untuk memperbaiki sistem kerja di industri perikanan ini. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya