Alasan Imigrasi Hapus Wajib Punya Rp 25 Juta Buat Bikin Paspor

Indikator kepemilikan uang sebesar Rp 25 juta ini sebelumnya hanya akan ditanyakan kepada pemohon paspor untuk tujuan wisata.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Mar 2017, 12:25 WIB
Kabag Humas Imigrasi Agung Sampurno memberikan penjelasan terkait deposit Rp 25 juta bagi pemohon paspor, di Jakarta, Senin (20/3). Kebijakan tersebut dihapus oleh imigrasi karena menimbulkan tren negatif di masyarakat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM menghapuskan ketentuan kepemilikan uang sebesar Rp 25 juta untuk mengajukan pembuatan paspor. Kepemilikan uang Rp 25 juta hanya menjadi indikator pertanyaan dari petugas Imigrasi saat ‎melakukan wawancara dengan pemohon paspor.

Kepala Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Agung Sampurno menyatakan, kepemilikan uang sebesar Rp 25 juta tidak pernah tercantum dalam Surat Edaran (SE) Direktur Jenderal Imigrasi Nomor IMI-0277.GR.02.06 Tahun 2017. Angka tersebut disebutkan dalam memo internal kepada petugas Imigrasi.

‎"Ini kata Rp 25 juta dihilangkan‎. Dalam surat SE tidak ada kata Rp 25 juta, itu muncul pada surat dinas korespondensi internal agar petugas tidak berimprovisasi di lapangan," ujar dia di Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi, Jakarta, Senin (20/3/2017).

Agung menjelaskan, indikator kepemilikan uang Rp 25 juta ini sebelumnya hanya akan ditanyakan kepada pemohon paspor untuk tujuan wisata. Namun mulai hari ini indikator pertanyaan tersebut dihapuskan.

"Mulai hari ini pemohon untuk motif wisata tidak ditanya soal saldo Rp 25 juta. Tetapi dalam pengecekan proses data harus lebih dalam. Rp 25 juta dihapuskan mulai hari ini‎," kata dia.

Sedangkan untuk tujuan lain, indikator berupa surat rekomendasi instansi terkait.‎ Sebagai contoh, untuk tujuan haji dan umroh akan diminta surat rekomendasi dari Kementerian Agama melalui Kantor Wilayah Kementerian Agama di masing-masing daerah.

"Untuk haji dan umroh, rekomendasi dari Kementerian Agama, dari Kanwil. Untuk magang harus ada rekomendasi dari Kementerian Ketenagakerjaan. Untuk motif wisata, wawancara akan lebih dalam agar tidak jadi korban TKI nonprosedural," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya