Gara-gara Pilkada, Keinginan Ahok Bangun Fase II MRT Dihalangi

Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mempertanyakan sikap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta

oleh Liputan6 diperbarui 13 Mar 2017, 14:52 WIB
Gara-gara Pilkada DKI, Keinginan Ahok Bangun Fase II MRT Dihalang

Liputan6.com, Jakarta Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mempertanyakan sikap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta yang mempersoalkan adanya penambahan jalur pada rencana pembangunan mass rapid transit (MRT) Jakarta fase II.

“Jadi, anggota dewan yang menghalangi itu. Kamu mau bangun Jakarta atau mau ngerjain gua? Gitu, lo,” kata Ahok di Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan, Rabu (8/3/2017).

Rencana pembangunan MRT Jakarta fase II mulanya hanya satu koridor dari Bundaran Hotel Indonesia sampai Kampung Bandan. Namun, rencana itu mengalami perubahan dan diperpanjang jalurnya sampai Ancol Timur sebagai stasiun terakhir, sekaligus membangun depo di sana.

Pemerintah beralasan bahwa lahan Kampung Bandan tidak tersedia lantaran sudah dikerjasamakan oleh PT KAI dengan pihak lain. Karena itu, Ahok pun menanyakan solusi anggota dewan atas ketiadaan lahan di Kampung Bandan. “Kalau enggak setuju, mau pasang di mana,” ujar Ahok.

Dalam rapat permohonan persetujuan pembiayaan proyek fase II pada Selasa lalu, sejumlah anggota Dewan menentang permintaan PT MRT Jakarta dari pihak eksekutif yang ingin menambah jalur di fase II.

Anggota dewan tersebut diantaranya Wakil Ketua DPRD M Taufik (Partai Gerindra) dan Triwisaksana (PKS). Mereka mengaku khawatir soal penambahan biaya untuk jalur Kampung Bandan-Ancol Timur akan membebani APBD DKI saat mencicil pengembalian pinjaman.

Kekhawatiran itu malah membuat mereka mengusulkan agar DPRD menggelar panitia khusus (pansus) dulu sebelum memutuskan untuk menyetujui pembiayaan proyek MRT fase II.

Aroma panasnya politik Pilkada DKI memang terlihat di sini. Bahkan untuk program bagi kemaslahatan rakyat banyak, yakni MRT, Ahok juga dihalang-halangi.

Padahal MRT mendesak dibuat untuk mengatasi kemacetan Jakarta yang sudah kelewat akut.

Berdasarkan laporan PT MRT Jakarta tanggal 24 Februari 2017, rencananya jalur MRT akan dibagi ke dalam tiga fase pembangunan.

Fase I adalah Koridor Utara yang menghubungkan Lebak Bulus-Bunderan HI. Panjang jalurnya mencapai 16 km, dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2019.

Proyek yang dikunjungi Presiden Jokowi dengan ditemani Ahok akhir Februari lalu itu menargetkan mengangkut 173.400 penumpang per hari saat beroperasi tahun 2019.

Jarak antara kereta hanya lima menit sekali. Kereta yang disediakan mencapai 16 set atau 96 kereta karena 1 set terdiri dari 6 kereta.

Dengan menggunakan rel selebar 1.067 mmm jalur ini akan melewati 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah. Yakni stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setia Budi, Dukuh Atas, dan Bunderan Hotel Indonesia.

Hingga 31 Januari 2017, pembangunan jalur dan stasiun sudah berjalan. Bahkan, progres konstruksi untuk pembangunan Stasiun Senayan dan Istora sudah mencapai 75,4 persen. Sementara untuk depo dan stasiun Lebak Bulus, progres kontruksi sudah mencapai 41,18 persen.

Sehingga jika tidak ada kendala, MRT Koridor Utara akan beroperasi di tahun 2019.

Selain MRT Fase I, PT MRT Jakarta juga berencana memperluas jangkauan MRT dengan membangun Fase II Koridor Selatan-Utara dari Bunderan HI sampai Ancol Timur. Panjang jalur ini mencapai 13,5 km. Metode kontruksi adalah pembangunan bawah tanah yang rencananya akan melewati 12 stasiun dan 1 depo di Ancol Timur. Fase ini rencananya akan dimulai tahun 2017.

Fase III adalah Koridor Timur-Barat yang mencakup Cikarang sampai Balaraja. Panjang jalur yang direncanakan mencapai 67 km. Metode konstrksi adalah bawah tanah dan jalur layang. Jumlah staisun yang akan dilewati ada 22 buah termasuk 2 depo. Target pengerjaan ini adalah tahun 2020.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya