Bosan dengan Facebook? Coba Layanan Baru Ini

Raftr diklaim bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna internet yang bosan dengan hingar bingar di media sosial seperti Facebook dan Twitter.

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Mar 2017, 07:30 WIB
Raftr diklaim bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna internet yang bosan dengan hingar bingar di media sosial seperti Facebook dan Twitter (Foto: IsT)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring berjalannya waktu, berbagai layanan baru muncul di internet dan salah satunya adalah Raftr. Layanan baru ini diklaim bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna internet, yang bosan dengan hingar bingar di media sosial lain seperti Facebook dan Twitter.

Raftr adalah startup baru yang diluncurkan oleh mantan Presiden Yahoo, Sue Decker. Menurut Decker, Raftr mendorong pengguna untuk mengikuti topik yang menarik bagi mereka, ketimbang profil orang lain.

Seperti dilansir Recode, Rabu (1/3/2017), pengguna harus mendaftar menggunakan nomor telepon, bukan alamat email. Sehingga orang-orang tidak bisa mendaftar berulang kali, seperti yang bisa dilakukan di platform lain.

Raftr dinilai memberikan peluang bagi orang-orang untuk menemukan teman yang memiliki ketertarikan sama terhadap berbagai topik. Dengan begitu, pengguna bisa lebih mudah menemukan topik yang menarik bagi mereka, seperti politik, olahraga dan hiburan.

Salah satu investor Raftr, Michael Dearing, menegaskan layanan tersebut mempermudah pengguna menemukan topik berbeda yang menarik. Topik yang muncul di Feed pengguna adalah berdasarkan ketertarikan mereka, sehingga diklaim dapat menciptakan sebuah "obrolan" antar pengguna mengenai topik tersebut, bukan "kebisingan" semata.

Ia pun membandingkan Raftr dengan Twitter. Menurutnya, situs microblogging itu tidak bisa menciptakan sebuah "obrolan" yang menarik bagi pengguna.

"Memakkai Raftr seperti mendatangi sebuah pesta hebat, di mana ada sedikit ruangan untuk berbicara mengenai berbagai topik dan kalian bisa pindah dari satu ruangan ke yang lain. Jika kalian masuk ke 'ruang diskusi White House', akan ada sejumlah orang yang serius dan ingin mendengar pendapat orang lain. Hal itu bukanlah sebuah festival berteriak, bukan megafon, tapi yang tercipta adalah sebuah percakapan," jelas Dearing.

(Din/Cas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya