Bursa Asia Melemah Imbas Sentimen The Fed

Bursa ikuti wall street yang cenderung melemah lantaran hasil laporan pertemuan bank sentral AS akan hati-hati dongkrak suku bunga.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Feb 2017, 08:48 WIB
Beberapa orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks pasar saham terbesar di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/2015). Meskipun Nikkei mengalami kenaikan pada Jumat pagi, tetapi tertutupi oleh penurunan tajam di Fast Retailing Co. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia melemah dari posisi tertinggi dalam 19 bulan pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) berusaha menguat usai tertekan lantaran hasil laporan rapat bank sentral AS atau the Federal Reserve cenderung hati-hati menaikkan suku bunga.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang cenderung melemah. Indeks saham Australia melemah 0,2 persen. Indeks saham Jepang Nikkei susut 0,1 persen. Pelemahan di bursa Asia ini ikuti bursa saham AS atau wall street yang bervariasi. Indeks saham Dow Jones naik 0,2 persen. Sedangkan indeks saham S&P 500 dan Nasdaq tergelincir 0,1 persen.

Dolar AS menguat di awal perdagangan bursa Asia seiring investor cermati hasil pertemuan the Federal Reserve pada 31 Januari-1 Februari 2017. The Federal Reserve menunjukkan akan segera menaikkan suku bunga asal inflasi dan data tenaga kerja sesuai harapan.

Dolar AS pun naik tipis terhadap yen menjadi 113,32 usai turun 0,7 persen. Selain itu, indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang menguat 0,2 persen ke 101,39. Euro melemah 0,1 persen menjadi US$ 1,05.

Saat ini pasar fokus pada ketidakpastian mengenai program ekonomi presiden AS Donald Trump. Pada laporan pertemuan the Federal itu juga menunjukkan kalau anggota voting hanya melihat "risiko moderat" bila inflasi naik signifikan. Pelaku pasar percaya the Federal Reserve memiliki cukup waktu untuk merespons jika melakukan.

"Risalah ini mencerminkan pola pikir yang moderat. Mereka tidak melihat amunisi untuk mempercepat (kenaikan suku bunga). Ada terlalu banyak ketidakpastian tentang waktu stimulus fiskal dan dampaknyam" jelas Chief Invesment Strategist PGIM Fixed Income Robert Tipp seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/2/2017).

Di pasar komoditas, harga minyak menguat di perdagagan Asia usai data dari the American Petroleum Institute (API) menunjukkan pasokan minyak AS turun secara mengejutkan. Harga minyak ditransaksikan naik 0,8 persen menjadi US$ 54,02. Sedangkan penguatan dolar AS melemahkan harga emas 0,1 persen menjadi US$ 1.236 per ounce.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya