Meski Terpuruk, GoPro Tetap Rilis Hero6 Tahun Ini

Rencananya, perusahaan kamera action tersebut akan merilis Hero6 pada pertengahan 2017.

oleh Jeko I. R. diperbarui 06 Feb 2017, 18:00 WIB
GoPro Hero5 Edisi Black dan Session (Sumber: Wired)

Liputan6.com, California - Meski mengantongi laporan penjualan yang buruk di 2016, GoPro dikabarkan tetap akan meneruskan suksesor kamera action-nya pada tahun ini.

Mereka dipastikan akan merilis Hero6 pada pertengahan 2017. Sebagaimana dilansir laman PetaPixel, Senin (6/2/2017), tanda kemunculan Hero6 telah lebih dulu digaungkan oleh sang CEO, Nick Woodman beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, kamera action terbaru GoPro tak akan muncul dalam waktu lama. Pihaknya tak akan lagi menarik ulur waktu seperti yang mereka lakukan pada Hero5, di mana kenyataannya kamera tersebut dirilis dua tahun setelah Hero4.

"Kami konfirmasikan, akan ada lini kamera dan aksesori terbaru yang melengkapi, semuanya akan hadir pada tahun ini. Seri terbaru kamera tersebut adalah Hero6," kata Woodman.

Tak banyak seputar informasi dan spesifikasi Hero6 hingga berita ini diturunkan. Yang pasti, Hero6 akan hadir dengan sejumlah pembaruan fitur yang lebih baik dan mumpuni ketimbang seri sebelumnya.

Sepak terjang bisnis GoPro sendiri bisa dibilang cukup terpuruk. Pada kuartal keempat 2016, perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut dilaporkan mengalami kerugian sebanyak US$ 373 juta (setara dengan Rp 4,9 triliun), sedangkan perusahaan dikabarkan sempat melakukan pemangkasan karyawan pada Desember 2016.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) itu berdampak pada lebih dari 200 pekerja full-time. Selain itu, Tony Bates yang ditunjuk sebagai Presiden pada Juni 2014, akan mengundurkan diri pada akhir tahun ini. Ia sebelumnya adalah Executive Vice President Microsoft dan Chief Executive Officer (CEO) Skype Technologies SA.

Proses restrukturisasi tersebut mengurangi biaya operasional sebesar US$ 650 juta atau sekitar Rp 8,6 triliun dan bisa mencapai tujuan perusahaan untuk mengembalikan keuntungan pada tahun ini. Sementara, restrukturisasi sendiri memakan biaya US$ 33 juta (Rp 439 miliar).

(Jek/Cas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya