RI Harus Berupaya Keras Agar Perusahaan AS Tak Kabur karena Trump

Hal ini dilakukan supaya perusahaan AS yang sudah menanamkan modal di Indonesia tidak minggat akibat kebijakan proteksionis tersebut.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 30 Jan 2017, 13:33 WIB

Liputan6.com, Jakarta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyiapkan strategi untuk mengantisipasi kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald J. Trump yang proteksionis di bidang investasi, selain perdagangan. Hal ini dilakukan supaya perusahaan AS yang sudah menanamkan modal di Indonesia tidak minggat akibat kebijakan proteksionis tersebut.

Kepala BKPM, Thomas Trikasih Lembong mengaku bahwa kebijakan proteksionis dalam investasi dari Trump akan berdampak ‎pada kegiatan penanaman modal di Indonesia. Perusahaan AS, sambungnya, tertekan akibat kebijakan tersebut. Trump meminta perusahaan AS lebih banyak berinvestasi di dalam negeri.

"Trump meminta perusahaan AS mengurangi investasinya di luar negeri dan mengalihkannya ke AS. Jadi konsekuensinya kita harus kerja keras untuk membuat Indonesia lebih atraktif untuk perusahaan AS di sini," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (30/1/2017).

Lembong menambahkan, Indonesia harus mampu menjaga fundamental ekonomi domestik dan cara lainnya, supaya perusahaan ‎AS tetap betah ada di Indonesia. Pasalnya, lanjut di, kualitas investasi AS sangat tinggi, seperti di sektor teknologi dan consumer product dengan nilai merek, teknologi, dna jaringan internasional yang kuat.

"Jadi kita tetap perlu kerja keras untuk meyakinkan perusahaan AS tetap berinvestasi walaupun ada tekanan-tekanan dari administrasi presiden Trump ‎yang meminta perusahaan AS berinvestasi di dalam negerinya. Kita sangat hargai investasi dari AS karena punya teknologi, banding, dan jaringan internasional tak terkalahkan," jelas dia.

Strategi lainnya, diakui Lembong, dengan mengembangkan atau mencari negara lain untuk membenamkan modalnya di Indonesia, selain AS. "Kalau perusahaan AS kena tekanan untuk berinvestasi di dalam negeri, mungkin kita harus mengembangkan investasi dari Jepang, Korea, Eropa, dan tentunya China," paparnya.

Menurut Mantan Menteri Perdagangan ini, prospek investasi di negara berkembang termasuk Indonesia masih sangat menjanjikan. Alasannya, negara-negara berkembang mencatatkan pertumbuhan ekonomi cukup tinggi dibanding negara maju saat ini.

"Secara fundamental pertumbuhan ekonomi paling tinggi ada di negara berkembang. Jadi perusahaan Jepang, Eropa, Korea, China kalau mau nyari pertumbuhan tidak ada pilihan, kecuali ke negara berkembang. Kalau ada yang meninggalkan medan (negara), banyak yang mengisi kekosongan itu," tandas Lembong.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya