Manusia Istana, Menguak Kritik Kekuasaan Lewat Nada Puisi

Keindahan puisi terletak dari untaian kata yang mampu digambarkan melalui ekspresi, mimik, hingga musik yang menghentak penontonnya.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 31 Jan 2017, 18:41 WIB
Manusia Istana, Puisi Teatrikal dari Teater Kosong, Oz Production dan Kasni Indonesia yang gabungkan artistik dan tata suara yang berkualitas.

Liputan6.com, Jakarta Keindahan puisi terletak dari untaian kata yang terkandung didalamnya. Apalagi bila mampu digambarkan melalui ekspresi, mimik, hingga musik yang menghentak penontonnya. Keindahan ini telah terlukiskan dalam sebuah pembacaan puisi teatrikal yang dibawakan oleh pekerja seni kenamaan, dalam tajuk "Manusia Istana" di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (28/1/2017).

Pementasan yang diproduksi oleh Teater Kosong ini menampilkan berbagai pekerja seni kenamaan Indonesia yaitu, Olivia Zalianty, yang merangkap sebagai produser pementasan seni ini, Cornelia Agatha, Marcela Zalianty, Maudy Koesnaedi, Dinda Kanya Dewi dan Prisa Nasution. Tak hanya dibacakan, berbagai puisi yang ada dalam antalogi buku puisi Manusia Istana karya Radhar Panca Dahana, juga dinyanyikan dalam bentuk lagu oleh musisi kenamaan yaitu Tony Q Rastafara dan Slank.

Berbeda dari genre seni lainnya, puisi memiliki energi yang sangat memikat bila dibacakan. Oleh karena itu, Teater Kosong menggabungkan pembacaan puisi dengan teknologi visual mapping yang akan memberikan kesan mendalam terhadap puisi tersebut. Tak hanya itu, pemanggungan puisi dramatik ini juga menggunakan penataan suara yang aktual saat ini.

Pemain Manusia Istana, Prisa Nasution, Dinda Kanya Dewi, Marcella Zalianti, Maudy Koesnaedi, Olivia Zalianty, Cornelia Agatha

"Ini semacam keprihatinan dari teman-teman kita, semoga mampu menggugah para elit yg hadir dalam acara ini supaya tergerak hatinya sebelum mengubah negara. Mudah-mudahan Tuhan memberkati kita semua, memberikan kebaikan dan acara ini memberikan maslahat." Ujar Radhar Panca Dahana, penulis Antologi Puisi “Manusia Istana”.

Dalam pertunjukan kali ini, seluruh seniman membawakan masing-masing dua puisi dengan gaya, karakter, hingga bentuk aktingnya sendiri-sendiri. Puisi juga dibacakan secara perorangan maupun kolektif dengan menggunakan teknologi modern seperti video streaming dan video mapping. Untuk mempermudah penonton memahami dan merasakan isi puisi, pertunjukan ini juga akan diiringi dengan musik berformat orchestral untuk pencapaiak efek spektakular,

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya