Liputan6.com, Moskow - Hubungan Amerika Serikat dan Rusia makin tegang. Beberapa jam setelah AS mengusir 35 diplomat Negeri Beruang Merah, Presiden Vladimir Putin memerintahkan penutupan sebuah sekolah Anglo-Amerika di Moskow.
Pemerintahan Putin mengumumkan penutupan sekolah berbasis sistem pendidikan AS itu pada Kamis waktu setempat. Sekolah itu disewa oleh Kedutaan Besar AS, Inggris, dan Kanada.
Setidaknya terdapat 1.200 siswa dari 60 negara yang belajar di sekolah tersebut. Sementara itu, CNN melaporkan sebuah rumah peristirahatan di Serebryany Bor, di dekat Moskow yang digunakan oleh Kedubes AS, juga akan ditutup.
Tak puas dengan itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, merekomendasikan agar Kremlin mengusir 35 diplomat AS dari Moskow.
Lavrov mengatakan kementeriannya meminta agar 31 staf kedutaan AS di Moskow dan empat di konsulat AS di St. Petersburg hengkang dari Negeri Beruang Merah itu. Demikian dikutip dari CNN, Jumat (30/12/2016).
Langkah ini diambil karena AS memerintahkan 35 diplomat Rusia untuk meninggalkan Amerika Serikat dan menutup tiga compounds Rusia di AS. Para diplomat dan keluarganya diberi waktu 72 jam untuk meninggalkan AS.
Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, menuduh pemerintahan Obama mengakhiri kekuasaannya dengan "penderitaan anti-Rusia yang menyakitkan".
Dalam Twitter dan Facebook-nya, Medvedev mengatakan, "Disayangkan, pemerintah Obama, yang memulai kerja sama restorasi mengakhirnya dengan gerakan anti-Rusia yang menyakitkan. RIP."
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, bersikeras bahwa tuduhan AS terkait peretasan yang dilakukan Rusia sangat tak beralasan. Dan ia menambahkan, "Tak ada alternatif untuk prinsip resiprokal saat sanksi telah dijatuhkan."
Langkah pengusiran diplomat Rusia diambil sendiri oleh Presiden Barack Obama. Hal itu menandai hubungan antara Washington dan Moskow kembali ke titik rendah terbaru. Dan itu meningkatkan kebekuan antara dua negara.
Pemerintahan Obama menyebut aksi Rusia sebagai, "aktivitas signifikan serangan siber" dan memberi sanksi empat orang individu Rusia serta lima entitas Rusia karena telah melakukan interfensi terhadap pilpres AS.
"Kegiatan siber Rusia dimaksudkan untuk memengaruhi pemilu, mengikis kepercayaan lembaga-lembaga demokrasi AS, menabur keraguan tentang apa itu integritas dalam proses pemilu kami serta merusak kepercayaan lembaga AS," tulis pernyataan Gedung Putih.
"Tindakan itu sama sekali diterima dan tak akan ditoleransi," ujar Gedung Putih.
Balas Dendam, Rusia Berencana Usir 35 Diplomat AS
Menlu Rusia mengatakan kementeriannya meminta agar 31 staf kedutaan AS di Moskow dan empat di konsulat AS di St. Petersburg hengkang.
diperbarui 30 Des 2016, 19:20 WIBObama dan Putin tak saling bertatap ketika berjabat tangan (AFP)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 Jawa Tengah - DIYFilm Monster Dijadwalkan Tayang di Netflix Mulai 16 Mei 2024
6 7 8 Energi & TambangMau Beli Emas Pekan Ini? Simak Faktor yang Memengaruhi
9 10
Berita Terbaru
10 Fakta Menarik Seputar Bumi yang Kita Huni, Ternyata Tidak Datar Tapi...
Jadwal, Hasil, dan Klasemen Piala Thomas dan Uber 2024: Siapa Lolos ke Babak 8 Besar?
Rencana Kenaikan Tarif KRL Commuter Line Tahun Ini
Pemuda di Bogor Tewas Dibacok Secara Brutal, Jasad Dibuang Pelaku
BNI Mampu Salurkan Kredit Rp 695,16 Triliun hingga Kuartal I-2024
Gunung Ibu Erupsi Lagi Senin Malam 29 April 2024, Semburkan Abu Vulkanik 1.000 Meter
Jokowi Gelar Nobar Timnas Indonesia U-23 di Istana, Panggil Relawannya
Pihak Rio Reifan Ajukan Rehabilitasi, Polisi: Karena Sudah Berulang Kali, Kami Tetap Lakukan Penyidikan
Live Report Piala Asia U-23 2024 Timnas Indonesia vs Uzbekistan: Siapa Lolos ke Final?
5 Tips Jitu Agar Bayi Anda Tidur Nyenyak Sepanjang Malam
Mengenal Lebih Dekat Tari Rangkuk Alu, Warisan Seni dan Budaya Manggarai NTT
Bank Danamon Bukukan Laba Rp 831 Miliar Pada Kuartal I 2024