Sukses

Obama 'Bersumpah' Balas Aksi Peretasan Rusia di Pilpres AS

Gedung Putih meyakini bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan sosok di balik peretasan pilpres AS.

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Barack Obama memperingatkan bahwa Amerika akan membalas peretasan yang dilakukan Vladimir Putin dalam pemilu AS. Hal itu disampaikan suami Michelle Obama kepada National Public Radio.

"Saya rasa tidak ada keraguan ketika pemerintah asing mencoba untuk mempengaruhi integritas pemilu kita, kita perlu mengambil tindakan," ujar Obama.

"Dan kita akan melakukannya. Dalam waktu dan tempat yang kita tentukan sendiri. Beberapa di antaranya mungkin akan dilakukan secara terbuka dan dipublikasikan. Beberapa mungkin tidak," imbuh dia.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyebut soal pemimpin Negeri Beruang Merah. "Putin sangat menyadari perasaan saya tentang hal ini karena saya berbicara kepadanya secara langsung tentang hal itu," kata Obama, merujuk pada pertemuannya dengan Vladimir Putin di KTT G20 di China pada September 2016.

Pada 15 Desember 2016 juru bicara Obama, Josh Earnest, mengonfirmasi bahwa Gedung Putih meyakini Putin merupakan sosok di balik peretasan tersebut.

Sementara itu Obama berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa ia meyakini Kremlin ingin membantu Donald Trump menduduki kursi di Gedung Putih. Namun, ia menyebut masih terdapat penyelidikan yang dilakukan oleh sejumlah badan intelijen.

"Ketika saya menerima laporan akhir, itu akan memberi kita dugaan terbaik dan komprehensif atas motivasi mereka," ujar Obama kepada NPR.

Dikutip dari The Telegraph, Jumat (16/12/2016), Obama juga mengatakan bahwa peretasan yang dilakukan Rusia telah menciptakan lebih banyak masalah terhadap kampanye Hillary dibanding Trump.

"Pemilu dapat saja berakhir berbeda. Anda tidak tahu faktor mana yang membuat perbedaan itu. Namun aku tak memiliki keraguan jika itu memiliki sejumlah pengaruh," kata Obama.

Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Ben Rhodes, mengatakan bahwa apa yang terjadi di pemerintahan Rusia tak mungkin tidak diketahui oleh Putin.

Sementara itu seorang pejabat intelijen AS mengatakan, Putin yakin bahwa Trump akan lebih bersahabat dengan Rusia, terutama soal sanksi ekonomi. Ia juga menyinggung karir Putin sebagai perwira badan mata-mata Rusia KGB.

"Mengingat latar belakangnya sebagai perwira KGB, Putin memiliki pegangan yang ketat terhadap semua operasi intelijen Rusia, sipil, dan militer, asing dan domestik, dibanding dengan pemimpin demokratis lain," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini