Analis: Trump Jadi Presiden AS, Ekonomi Indonesia Tetap Aman

Ekonom Citibank Helmi Arman menilai perekonomian Indonesia tidak akan terlalu terganggu setelah terpilihnya Donald Trump.

oleh Vina A Muliana diperbarui 19 Nov 2016, 09:02 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai kekhawatiran muncul ketika Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Hal ini ditakutkan bisa memberi pengaruh negatif, terutama bagi perkembangan perekonomian Indonesia.

Namun nyatanya, hal tersebut tidaklah menjadi ketakutan tersendiri. Ekonom Citibank Helmi Arman menilai, terpilihnya Donald Trump memang menimbulkan ketidakpastian dalam perekonomian global, tapi hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar bagi Indonesia karena kondisi perekonomian yang dinilai sudah membaik.

"Dari pengamatan kami dengan berbagai investor global, ada dua ketidakpastian. Yaitu mungkinya timbul proteksionisme dan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Tetapi kami optimistis ini tidak akan terulang seperti 2013 dan 2008 karena fundamental Indonesia berbeda. Indonesia tidak lagi memiliki defisit neraca perdagangan, kebijakan fiskal juga lebih kredibel," tuturnya di Jakarta seperti ditulis Sabtu (19/11/2016).

Helmi juga menyarankan pemerintah diharapkan dapat menjaga likuiditas di pasar. Hal ini dilakukan agar ekonomi Indonesia dapat bertahan dari gejolak ekonomi global. Walau dalam jangka pendek, penarikan modal asing bisa terjadi. Namun ia menuturkan hal tersebut tak akan berlangsung lama.

"Langkah mitigasi jangka pendek adalah menjaga likuiditas di pasar, baik pasar valas maupun pasar obligasi. Lalu, walaupun dampak pendek bisa ada penarikan modal asing, di jangka menengah uang tersebut bisa kembali lagi," jelasnya.

Di antara semua negara Asia, Indonesia dipercaya tidak akan terlalu masif terkena imbas kebijakan perekonomian Donald Trump. Helmi menjelaskan, negara-negara yang tergabung dalam Trans-Pacific Partnership (TPP) yang akan menerima imbasnya.

"Kalau lihat di Asia, Indonesia dampaknya paling kecil. Kami menyimpulkan bahwa yang memiliki dampak paling besar adalah negara TPP seperti Vietnam," ujar Helmi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya