Liputan6.com, Jakarta Tidak ada satu zat tertentu di dalam makanan atau minuman yang bisa membantu orang untuk tidur nyenyak di malam hari.
Susu, teh chamomile, atau jus ceri yang sering banyak dipercaya mendatangkan manfaat membuat tidur lebih nyenyak, dinilai tidak memiliki pengaruh apa pun.
Advertisement
"Katanya doang, tidak ada pengaruhnya sama sekali (minum susu)," kata Spesialis Tidur dr Andreas Prasadja RPSGT saat dihubungi Health Liputan6.com pada Rabu (12/10/2016)
Sulit tidur karena insomnia, jelas Andrea, hanya bisa ditangani dengan memperbaiki perilaku tidur individu tersebut. Hanya mengonsumsi makanan atau minuman tertentu saja tidak memiliki pengaruh apa-apa kalau tidak diimbangi dengan memerhatikan perilaku tidur sehari-hari.
"Kalau insomnia, hindari kafein. Kopi, cokelat, teh, dan cola. Kafein bisa bikin kita segar karena pengaruh dari kafein terjadi selama 12 jam," kata Andreas.
"Sejak lama orang sudah tahu kalau kafein buruk buat kesehatan tidur. Bikin kita susah tidur. Kalau ada orang yang bisa tidur setelah minum kopi berarti kantuknya lebih hebat dari efek kafein tersebut. Berarti tidur orang itu something wrong," kata Andreas.
Menurut Andreas, hal pertama yang harus dilakukan agar terhindar dari insomnia dan tidur nyenyak di malam hari hanya dengan memperbaiki perilaku tidur. "Namanya Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia," kata Andreas menjelaskan.
Dikutip dari situs Mayo Clinic, Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) lebih dianjurkan untuk mengatasi semua masalah tidur ketimbang pemberian obat tidur. CBT-I adalah program terstruktur yang membantu individu mengidentifikasi dan mengubah perilaku yang dapat memperburuk kualitas tidur sehari-hari.
Insomnia adalah gangguan tidur umum yang bisa bikin kita sulit untuk tidur atau dapat menyebabkan kita bangun terlalu cepat dan sulit untuk tidur kembali. CBT-I ini adalah pengobatan paling efektif untuk masalah tidur kronis dan dianjurkan sebagai pengobatan basis pertama.
CBT-I terdiri dari beberapa teknik yang bisa dipilih sesuai kebutuhan masing-masing pasien. Beda pasien, beda pula gangguan tidur yang menghantui orang tersebut.
