Kapolri: Teroris yang Ancam Singapura Tak Bisa Operasikan Roket

Para terduga teroris ini belajar membuat roket dari Bahrun Naim, buron teroris asal Indonesia yang menjadi petinggi ISIS di Suriah.

oleh Audrey Santoso diperbarui 07 Agu 2016, 16:06 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kiri) ketika memberikan paparan dalam Dialog Bersama Kapolri di Kantor CDCC, Jakarta, Kamis (4/8). Dialog tersebut membahas tentang konflik yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan enam terduga teroris yang ditangkap di Batam dan berniat melancarkan serangan roket ke Singapura tidak mempunyai keahlian merakit atau mengendalikan roket.  

"Kita belum menemukan roket yang dimaksud. Yang ada senjata angin dan panah. Mereka juga tidak berhasil punya roket. Mereka baru perencanaan. Mereka belum mampu mengoperasikan roket," ujar Tito di Yogyakarta, Sabtu 6 Agustus 2016.

Menurut Tito, para terduga teroris ini belajar membuat roket dari Bahrun Naim, buron teroris asal Indonesia yang menjadi petinggi ISIS di Suriah.

"Mereka online training. Kita tahunya dari kelompok (teroris) yang sudah kita tangkap karena mau melakukan penyerangan di suatu tempat di Surabaya," ucap dia.

Mantan Kapolda Metro Jaya ini menuturkan Pemerintah Singapura sudah mengetahui negaranya akan dijadikan target penyerangan teroris. Pihak otoritas Negeri Singa itu akan berkunjung ke Indonesia untuk membahas ancaman terorisme itu.

"Minggu depan mereka akan datang ke Jakarta. Kita sudah mulai berkomunikasi untuk sama-sama mendalami salah satu orang.  Nanti ada paspor, dan lain-lainnya, kita cari tahu apa mereka mau nyeberang ke Singapura," ujar Tito.

Tito mengimbau para anggotanya untuk mewaspadai modus baru penyerangan teroris jelang hari besar nasional yang dimanfaatkan sebagai momentum penyerangan baru-baru ini di Nice, Perancis kamis, 14 juli 2016. Mengingat 17 Agustus mendatang, Indonesia akan merayakan kemerdekaannya.

"Saya ingatkan ke seluruh wilayah, jelang 17 Agustus ini. Karena ada modus baru, pada hari nasionalnya Perancis, Perayaan Bastille, kemudian ditabrak," tutur Tito.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya