Alquran Kuno Ini Bikin Kolektor Sakit

Alquran kuno ini terdapat di Masjid Mujahidin, Dusun Sabrangkali, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Magelang, Jawa Tengah.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 03 Jul 2016, 07:29 WIB
Alquran kuno di Masjid Mujahidin, Dusun Sabrangkali, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Magelang - Ada tiga Alquran yang tergolong kuno di Indonesia. Alquran ini sangat istimewa, karena sampulnya dibuat dari kulit binatang.

Konon, tiga Alquran itu yang pertama berada dalam perawatan dan penjagaan Keraton Yogyakarta, yang kedua dirawat dan dijaga Keraton Cirebon.

Jika dua Alquran kuno tersebut berada dalam kekuasaan keraton atau pusat pemerintahan. Nah yang ketiga ini cukup unik lantaran berada di sebuah masjid di pelosok kampung.

Alquran ketiga ini sekarang disimpan, dijaga dan dirawat di Masjid Mujahidin, Dusun Sabrangkali, Desa Blongkeng, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang.

Tak banyak yang tahu keberadaan kitab suci ini karena memang dirahasiakan dan dilindungi takmir masjid. Dusun Sabrangkali sendiri berada di tepi Sungai Putih dan Sungai Blongkeng, sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Menurut Imam Masjid Mujahidin Kiai Khabib Rochim, Alquran kuno ini dibuat dari kertas kuno. Masyarakat Muntilan dan sekitarnya menyebut kertas dengan nama 'dluwang'. Dan sebagaimana dluwang kuno, dimensinya lebih tebal dari ukuran kertas pada masa sekarang.

"Yang istimewa dari Alquran ini adalah tulisan tangan dengan mangsi (tinta dari tumbuhan). Sampulnya kulit binatang. Mungkin karena pada masa lalu belum ada percetakan, sehingga para kiai membuatnya dengan tulisan tangan," ucap Kiai Khabib Rochim di Magelang, Sabtu, 2 Juli 2016.

Kiai Khabib mengaku tidak tahu persis usia Alquran ini. Namun ia meyakini sudah ratusan tahun. Keyakinan ini didasari dari sejarah lisan yang dituturkan orang-orang tua sejak zaman kakeknya. Jika dikonversi, Alquran itu sudah dijaga dan dirawat hingga lima generasi.

"Alquran ini bukti tak terbantahkan bahwa penyebaran Islam di wilayah Muntilan, Kalibawang dan sekitarnya cukup masif," kata Kiai Khabib Rochim.

Berdasarkan penuturan sejarah lisan, Alquran ini yang digunakan oleh Kiai Gerpule untuk menyebarkan Islam di Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulonprogo. Sang kiai berdakwah dari desa ke desa untuk mengajarkan Alquran kepada masyarakat.

Kiai Gerpule kemudian menetap di Dusun Sabrangkali. Dakwah Kyai Gerpule dilanjutkan putranya, Kiai Yakub, kemudian Kiai Zaid, Kiai Safuan dan kini Kiai Khabib Rochim. Total sudah ada lima generasi yang menjaga Alquran kuno tersebut.

Kolektor Sakit

Karena langka dan istimewa, Alquran kuno ini membuat banyak kiai dan tokoh-tokoh agama ingin mempelajarinya. Mereka meminjam Alquran kuno untuk digunakan berdakwah dan mengaji.

Kepercayaan para penjaga dan perawat Alquran ini kepada peminjamnya sudah total. Belakangan diketahui bahwa Alquran ini sempat hilang selama 17 tahun.

Awal diketahui hilangnya Alquran tersebut adalah saat Kiai Khabib Rochim pulang dari mondok di Ponpes API Tegalrejo dan Ponpes API Nailul Muna. Saat berangkat atau masuk pondok, Alquran itu masih ada di masjid.

"Saya kemudian bertanya ke bapak, ternyata dipinjam orang untuk berdakwah," kata Kiai Khabib.

Kiai Khabib kemudian mengumpulkan takmir Masjid Mujahidin untuk membahas keberadaan Alquran kuno tersebut. Takmir masjid sepakat membentuk tim untuk melacak keberadaan benda pusaka bersejarah ini.

Entah berapa tahun mereka mencari, terakhir diketahui bahwa Alquran kuno ini berada di Desa Sedayu, Muntilan. Mereka akhirnya sepakat untuk memulangkan Alquran kuno ke Masjid Mujadidin.

Menurut Kiai Khabib, selama hilang sempat juga berada di tangan kolektor benda antik. Tidak jelas awal mulanya, namun nyatanya sempat dikoleksi. Untunglah hal itu tak berlangsung lama.

"Kolektor itu kemudian sakit-sakitan, akhirnya dikembalikan lagi. Sekarang Alquran kuno ini akan kami jaga baik-baik. Ini pusaka masjid kami," kata Kiai Khabib.

Ia mengungkapkan pula mengenai keberadaan Alquran kuno tersebut yang bersaudara dengan yang berada di keraton. Sebab, Kiai Gerpule konon merupakan kerabat Keraton Yogyakarta dan ulama besar pada masanya.‎

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya