PM Inggris Minta Warganya Pilih Tetap Bersama Uni Eropa

Cameron menjelaskan, jika Inggris keluar maka akan banyak kerugian yang diderita warganya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 23 Jun 2016, 12:28 WIB
PM Inggris David Cameron (Columnist.org.uk)

Liputan6.com, London - Nasib Inggris di Uni Eropa segera ditentukan hari ini, Kamis, 23 Juni 2016 waktu setempat. Jelang referendum tersebut, Perdana Menteri Inggris David Cameron, meminta warganya tetap memilih bersama dengan Organisasi Multilateral di Benua Biru tersebut.

"Warga Inggris, (mohon pilih) tidak keluar," sebut Cameron seperti dikutip dari Reuters, Kamis (23/6/2016).

Cameron menjelaskan, jika Inggris keluar maka akan banyak kerugian yang diderita warganya. Terutama di bidang ekonomi dan keamanan nasional.

"Semua itu tergantung pada apa yang anda pilih di TPS, mengambil pilihan akan mempengaruhi masa depan, masa depan anak anda dan masa depan cucu anda," tutur Cameron.

Pernyataan Pemimpin Partai Konservatif ini datang beberapa saat setelah jajak pendapat terakhir menujukan kelompok pendukung Inggris keluar dari EU atau Brexit, unggul 1 persen dibanding penentangnya.

Datangnya permintaan Cameron jelang referendum, dikritik keras oleh kelompok Brexit. Menurut salah seorang pendukung Brexit, Arron Banks, tengah mendapat tekanan besar dari partainya.

"Cameron panik, (keadaan sekarang) itu sudah keluar dari genggamannya," ucap Banks.

Jelang referendum, Inggris memang mendapat tekanan besar. Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, jika Inggris keluar maka tak mungkin bisa kembali.

"Keluar artinya keluar!" ucap Jean-Claude Juncker seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/6/2016) berbicara pada sebuah konferensi pers di Brussels.

Inggris akan menggelar pemungutan suara dalam referendum bersejarah, untuk menentukan apakah negara pimpinan Ratu Elizabeth itu tetap menjadi anggota Uni Eropa (EU) atau tidak, atau dikenal dengan istilah Brexit.

Dilansir dari BBC, tempat pemungutan suara (TPS) akan dibuka antara pukul 07.00 hingga 22.00 waktu setempat.

Diperkirakan 46,5 juta orang berhak ambil bagian dalam pemungutan suara. Jumlah ini menjadi rekor terbanyak untuk peserta pemilihan di Inggris. Jumlah tersebut hanya selisih sedikit dari pemilu parlemen pada 2015 lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya