Karamah: Melacak Jejak Sejarah Masjid Si Pitung, Pahlawan Betawi

Dibangun tahun 1600-an dengan luas 12 x 15 meter, menjadi tempat Si Pitung kecil bermain, belajar mengaji, dan belajar pencak silat.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Jun 2016, 04:45 WIB
Dibangun tahun 1600-an dengan luas 12 x 15 meter, menjadi tempat Si Pitung kecil bermain, belajar mengaji, dan belajar pencak silat.

Liputan6.com, Jakarta - Si Pitung adalah salah satu tokoh yang melegenda di Betawi. Kisahnya bahkan pernah diangkat ke layar perak yang diperankan oleh aktor era 70-an Dicky Zulkarnaen.

Antara kisah nyata dan mitos, Pitung disebut-sebut sebagai Robin Hood-nya Betawi. Karena kerap mencuri harta benda nyonya dan tuan Belanda untuk diberikan kepada rakyat Betawi yang miskin.

Menyisir kisah legendanya, ada sebuah bangunan masjid yang dibangun tahun 1600-an dengan luas 12 x 15 meter, menjadi tempat Si Pitung kecil bermain, belajar mengaji, dan belajar pencak silat.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, arsitektur bangunannya mirip dengan Masjid Demak, namun berukuran lebih kecil. Atapnya berbentuk joglo yang ditopang oleh empat pilar bulat seperti kaki bidak catur atau tugu Jogyakarta. Sementara pintu dan jendelanya terbuat dari kayu ulin. 

Banyak peninggalan istimewa di dalam Masjid Si Pitung ini, salah satunya sumur yang berusia ratusan tahun. Sampai saat ini airnya masih tetap mengalir dan dianggap sebagai air yang bisa menyembuhkan orang sakit hingga memudahkan seseorang untuk dapat jodoh.

Ada pula lubang kecil berbentuk setengah oval yang terdapat di bagian kiri masjid yang digunakan sebagai pengintai tentara musuh. Maka tak mengherankan jika masjid ini kental dengan legenda Si Pitung.

Ciri khas lainnya, masjid ini tidak memiliki menara azan seperti masjid lainnya. Mihrab yang pas dengan ukuran badan menjorok ke dalam tembok.

Keistimewaan inilah yang membuat Masjid Si Pitung tak sepi peziarah yang datang dari Sabang sampai Merauke.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya