Gagal Garap Kereta Cepat, Jepang Lirik Pelabuhan Patimban

Pelabuhan Patimban merupakan proyek pengganti Pelabuhan Cilamaya yang batal dibangun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Mei 2016, 09:50 WIB
Pertamina telah menyampaikan dua konsekuensi yang harus ditanggung pemerintah apabila tetap bersikeras membangun pelabuhan.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah kalah dari China pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, tak membuat Jepang mundur. Pemerintah Jepang tertarik mendanai dan membangun proyek lain, yakni Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Pelabuhan ini merupakan proyek pengganti pelabuhan Cilamaya yang batal dibangun.

Direktur Transportasi Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Prihartono mengungkapkan, Pelabuhan Patimban adalah proyek pemerintah Indonesia. Proses pembangunannya direncanakan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih dulu untuk menarik pihak swasta.

“Tapi pemerintah Jepang lewat Japan International Corporation Agency (JICA) tertarik membiayai Pelabuhan Patimban. Mereka (Jepang) juga mau jadi kontraktornya,” ujarnya usai Sidang Tahunan IDB di Jakarta Convention Centre, seperti dikutip Senin (16/5/2016).


Bambang menambahkan, Pemerintah Jepang tetap melirik proyek-proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia, seperti Pelabuhan Patimban meskipun pernah gagal menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dimenangkan China. “Jepang kan sudah kehilangan kereta cepat. Dia tidak mau ketinggalan lagi,” dia menjelaskan.

Saat ini, diakui Bambang, pemerintah Indonesia sudah menjajaki penawaran pemerintah Jepang untuk membiayai dan membangun alternatif Pelabuhan Tanjung Priok itu. Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya untuk mengevaluasi pinjaman tersebut. JICA menawarkan pinjaman dengan skema Special Term Economic Purposes (STEP).

“Mereka menawarkan STEP loan, skema pembiayaan sama dengan proyek MRT. Jepang nawarin bunga pinjaman 0,1 persen, murah banget kan. Tapi Pak Presiden minta Kemenko Maritim mengevaluasi pinjaman itu apakah menguntungkan atau tidak, juga dihitung dari pihak Kemenkeu soal persyaratannya. Karena jangan sampai merugikan kita,” Bambang menjelaskan.

Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan sebelumnya menjelaskan, pembangunan tahap pertama ini direncanakan dimulai pada 2017 dan selesai pada 2019.

"Tahap pertama itu nanti kapasitasnya 1,5 juta Teus untuk kontainernya dan mampu menampung 250 ribu mobil, karena ini nanti akan ada terminal kendaraan juga," kata Jonan.

Jonan menuturkan, mengenai mekanisme pembiayaannya, nanti akan dilakukan beberapa perjanjian pendanaan dengan pemerintah Jepang. Jepang menjadi negara mitra dalam pembangunan pelabuhan yang total kapasitasnya mencapai 7,5 juta Teus ini.

"Kira-kira untuk bangun total semua pelabuhan, tidak untuk tahap I aja, itu kira-kira Rp 40 triliun," ujar Jonan.

Ia menuturkan, pembangunan Pelabuhan Patimban ini dirasa sangat perlu untuk mewujudkan sistem logistik yang efisien di Jawa. Selama ini, kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Mas dan Tanjung Perak sudah terlalu penuh.

Dengan ada pelabuhan baru di Jawa Barat diharapkan dapat mengurangi kepadatan Pelabuhan Tanjung Priok. Selama ini kawasan industri yang berada di Cikarang, Karawang dan kawasan industri lainnya yang ada di Jawa Barat selalu melakukan pengiriman barangnya melalui Tanjung Priok.(Fik/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya