Penguatan Dolar AS dan Kejatuhan Harga Minyak Tekan Bursa Asia

Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,5 persen pada pukul 09.19 waktu Tokyo Jepang.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Mar 2016, 08:40 WIB
Bursa saham Asia bergerak menguat dengan indeks saham MSCI Asia Pacific naik 0,1% pada perdagangan saham Jumat pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia terjatuh. Penyebab pelemahan saham-saham di kawasan Asia Pasifik tersebut karena penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Selain itu, penurunan harga minyak juga ikut turut andil dalam penurunan Bursa Asia.

Mengutip Reuters, Kamis (24/3/2016), Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,5 persen pada pukul 09.19 waktu Tokyo Jepang. Jika penurunan terus terjadi maka kinerja hari ini akan menjadi kerugian Indeks MSCI Asia Pasifik terbesar sejak 16 Maret atau sejak pekan lalu.

Indeks Topix Jepang juga melemah 0,6 persen. Dengan penurunan ini maka Indeks Topix Jepang telah melemah selama dua hari berturut-turut. Untuk Indeks Nikkei Jepang juga turun 0,4 persen.

Saham sektor pertambangan dan perbankan di Indeks S&P 200 Australia tertekan sehingga turun 0,9 persen. Sedangkan Indeks S&P 50 Selandia Baru turun 0,1 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,4 persen.

Para pejabat Bank Sentral AS pada pekan lalu tetap ingin melanjutkan aksi pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Hal tersebut membuat dolar AS menguat dan menekan bursa di kawasan Asia Pasifik.

"Apa yang dilakukan oleh para pejabat Bank Sentral tersebut juga menandakan bahwa ekonomi AS diyakini bakal melaju," jelas analis Craigs Investment Partners Ltd, Mark Lister. Investor pun lebih berhati-hati dalam bertindak atau melakukan aksi dan sebagian mengambil aksi ambil untung.

Selain itu, penurunan Bursa Asia juga karena penurunan saham-saham di sektor energi. Harga minyak memang mengalami penurunan setelah otoritas energi di AS mengumumkan bahwa stok minyak di negara tersebut menunjukkan kenaikan. Selain itu, rencana dari negara-negara produsen minyak terbesar juga belum merealisasikan rencana mereka untuk menahan produksi. (Gdn/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya