Sudah Punah, Hewan Sejenis Zebra Ini Hidup Lagi

Quagga punah pada Abad ke-19. Namun, ilmuwan berhasil menghadirkannya lagi.

oleh Indy Keningar diperbarui 14 Feb 2016, 17:37 WIB
*****

Liputan6.com, Cape Town - Tahun 1883 lalu, setelah populasinya berkurang drastis akibat ulah pemburu, quagga terakhir di dunia mati di kebun binatang Amsterdam.

Quagga merupakan hewan sub-spesies zebra dari Afrika Selatan, perbedaannya adalah mereka tak memiliki belang-belang di bagian kakinya.

Lebih dari 100 tahun setelah quagga punah, ilmuwan meng-klaim telah membawa kembali sub-spesies ke dunia, melalui perkembangbiakkan selektif yang tekun dilakukan selama 30 tahun.

Proyeknya, disebut The Quagga Project, dimulai 30 tahun lalu, ketika Reinhold Rau, penemu dari University of Cape Town, menganalisis sekumpulan sampel DNA dari kulit quagga. Ketika hasilnya tiba, ia terkejut sekaligus gembira mengetahui makhluk tadinya sudah punah ini secara genetik sama dengan zebra. Dengan kata lain, quagga dan zebra bukan spesies berbeda.

Diketahui, quagga dan zebra bukanlah spesies berbeda. (The Quagga Project)

Pengetahuan ini penting, karena ini membuktikan, perbedaan sesungguhnya antara zebra dan quagga hanyalah terletak pada corak bulunya.

Dengan informasi ini, Rau pun merencanakan untuk 'membangkitkan' kembali spesies ini dengan pengembangbiakkan selektif zebra untuk menghadirkan ciri-ciri quagga.

Perbedaan utama antara dua spesies ini adalah garis-garis quagga bergradasi dari hitam putih ke cokelat polos atau putih menuju bagian kaki belakangnya. Quagga di abad ke-19 semacam terlihat seperti zebra yang habis duduk di lumpur.

Setelah perkambangbiakkan selama 30 tahun, tim meng-klaim bahwa quagga telah kembali. Sejak DNA zebra dan quagga sama, ilmuwan menyatakan, generasi terbaru ini, merupakan hewan punah yang kembali lagi.

"Dengan segala maksud dan tujuan, quagga kembali. Proyek ini sukses besar," ungkap salah satu periset, Eric Harley, dikutip Science Alert.

Walau proyek ini terdengar mengagumkan, banyak juga yang mengkritiknya dan menyebutnya 'melanggar hukum alam' dan 'upaya cari perhatian publik'. Tim pun merespons bahwa mereka tak menggunakan pengubahan genetik untuk menghidupkan kembali quagga, dan proyek ini bertanggung jawab atas ulah pemburu, dan membawa kembali hewan asli Afrika Selatan yang mereka bunuh secara kejam.

Bagaimanapun, tim setuju untuk menyebut hewan baru ini Rau-quagga, bukannya quagga, untuk membedakannya. Diharapkan ini akan membungkam para pemrotes.

Salah satu aspek mengagumkan dari proyek ini, adalah walaupun rau-quagga hewan hasil perkembangbiakkan, mereka subur. Ini dikarenakan, rau-quagga bukan hasil kawin silang. Mereka sub-spesies yang mempertahankan gen-nya, sehingga mereka bisa dengan sukses berkembang biak.

Tim berharap bisa melanjutkan proyek untuk nantinya menciptakan kawanan rau-quagga sehingga mereka bisa kembali hidup bebas di Afrika Selatan selayaknya nenek moyang mereka di abad ke-19.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya