Warga Eks Gafatar Masih Bingung Setelah Pulang dari Penampungan

Kedatangan dua Kloter terkahir warga eks Gafatar menjadi masalah tersendiri bagi Pemprov Jawa Timur.

oleh Dhimas Prasaja diperbarui 25 Jan 2016, 00:15 WIB
Kedatangan dua Kloter terkahir warga eks Gafatar menjadi masalah tersendiri bagi Pemprov Jawa Timur.

Liputan6.com, Surabaya - Sebagian besar mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sudah dikembalikan ke kampung halamannya masing-masing. Namun, mereka kebingungan harus berkerja sebagai apa di daerahnya sendiri.
 
Siti Rokiyah (45) warga asal Lamongan, Desa Pangkat Rejo, Jawa Timur mengaku masih belum tahu setelah dikembalikan di tempat tinggalnya yang lama akan berbuat apa.

Perempuan dengan rambut sebahu ini bersama anaknya sejak bulan November 2015 ini berada di Mempawah, Kalimantan Barat, dan kini dirinya berada di antara ratusan eks Gafatar yang ditampung di Asrama Transito Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur.

"Saya masih belum tahu pulang ke desa lagi mau apa, mungkin ya di rumah saudara dulu di Lamongan," kata Siti kepada Liputan6.com, Minggu(24/1/2016).

Janda beranak satu ini mengatakan, rumahnya di Desa sudah tak layak pakai dan dirinya masih harus menjadi buruh tani lagi.


"Mungkin untuk sementara di rumah saudara yang mau menerima saya dan mungkin di Dinas Pemda sana saya ditampung dulu," tukas Siti.

Sementara itu berdasarkan pantauan Liputan6.com di Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan tampak 6 Bus Damri milik Dinas perhubungan Jawa Timur.

Terdiri dari 2 bus barang dan 4 bus lainnya yang membawa Eks Anggota Gafatar asal Jawa Timur dari Bandara Juanda memasuki Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Timur.

Diawal kedatangan mereka hasrus lebih dulu didata oleh Bakesbangpol Linmas Provinsi Jawa Timur.


Kloter Berikutnya


Sementara, kloter selanjutnya diperkirakan tiba di Bandara Juanda Minggu malam sekitar pukul 23.00 WIB. Kloter ini juga memuat kurang lebih 185 orang penumpang warga Jatim eks Gafatar dari Kalbar.

Kedatangan dua kloter ini menjadi masalah tersendiri bagi Pemprov Jatim. Sebab, kapasitas Gedung Transito, kata Sofwan Asisten III bidang Kesejahteraan Rakyat Jatim, hanya untuk menampung 300 hingga 400 orang saja.

"Sekarang ada 389 orang. Kalau ditambah dua kloter, isinya dua kali 185 orang, totalnya kan sekitar 800-an orang," kata Sofwan, Asisten III bidang Kesejahteraan Rakyat Jatim.

Karena itulah, Sofwan mengatakan, warga Jatim Eks Gafatar yang saat ini berada di Transito akan diserahkan kepada pemerintah Kabupaten/Kota masing-masing.

"Jadi wewenangnya kami serahkan ke Pemkab dan Pemkot. Nanti yang memiliki kewenangan untuk memberikan pembekalan dan menentukan tempatnya ya pemerintah daerah masing-masing," kata Sofwan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya