Gejolak Gunung Bromo Masih Panjang

Gunung Bromo yang suci bagi Suku Tengger itu mulai bergemuruh pada 4 Desember 2015.

oleh Zainul Arifin diperbarui 23 Jan 2016, 05:03 WIB
Wisatawan menyaksikan matahari terbit dengan latar belakang Gunung Bromo yang sedang erupsi di Ngadisari, Probolinggo, Jawa Timur, Rabu (6/1/2016). (REUTERS/Darren Whiteside)

Liputan6.com, Malang - Aktivitas vulkanik Gunung Bromo diperkirakan akan berlangsung lama. Pos Pengamanan Gunung Api (PGA) Bromo pun tak berani memastikan kapan gunung setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut (MDPL) itu berhenti bergemuruh.
 
"Diperkirakan (aktivitas vulkanik Bromo) akan cenderung lama dan tak bisa diprediksi kapan aktivitasnya akan turun," kata Kepala Pos Pengamanan Gunung Api (PGA) Bromo, Ahmad Subhan saat di Malang, Jawa Timur, Jumat (22/1/2016).
 
Gunung suci bagi Suku Tengger itu mulai bergemuruh pada 4 Desember 2015 dan statusnya dinaikkan dari Waspada Level II ke Siaga Level III. Mulai saat itu setiap hari dilakukan pemantauan aktivitas vulkaniknya selama 24 jam penuh.

Sejarah erupsi dan peningkatan kegiatan vulkanik Bromo juga dijadikan bahan tambahan data analisa.
 
Mengutip data di situs resmi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bromo meletus kali pertama pada September 1804. Setelah itu berkali–kali sudah gunung api purba ini meningkat aktivitas vulkaniknya.

Pada 29 November 2000, terjadi erupsi abu yang berlangsung hingga Januari 2001. Kemudian pada 8 Juni 2004 terjadi letusan freatik secara tiba-tiba tanpa diawali kemunculan gempa vulkanik.

November 2010, Bromo kembali meletus dan erupsinya berlangsung hingga pertengahan 2011.
 
"Ini kebetulan saja, momennya pas 5 tahun. Tapi 1 tahun juga pernah terekam aktivitasnya dari letusan di tahun sebelumnya," ucap Subhan.
 
Ia tak memungkiri selalu menjadikan sejarah erupsi gunung sebagai patokan. Lantaran gunung api jarang meleset dari sejarah aktivitas vulkaniknya.

Pengamatan terhadap Bromo lebih intensif dilakukan ketika tahun ke 4 dari meletus sebelumnya. "Setelah 4 tahun, kita siap–siap untuk pengamatan lebih intensif. Biasanya setelah tahun ke-4 gas di gunung sudah cukup untuk fase erupsi," tandas Subhan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya