Bau Urine Bisa Deteksi Demensia

Bau unik pada urine manusia ternyata bisa menjadi tanda demensia, menurut sebuah penelitian

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Jan 2016, 18:10 WIB
Orang bergolongan darah AB rentan pikun, yang merupakan gejala demensia.

Liputan6.com, Jakarta Bau unik pada urine manusia ternyata bisa menjadi tanda demensia, menurut sebuah penelitian. Identifikasi ini tentunya sangat membantu dokter untuk mencegah Alzheimer. 

Penulis studi, Dr Bruce Kimball mengatakan, penelitian ini dilakukan setelah sebelumnya ilmuwan menemukan perubahan bau badan dapat menjadi sumber eksogen seperti virus. Temuan ini pun memiliki implikasi untuk penyakit neurologis lainnya.

"Sekarang kita punya bukti, bau urine dapat berubah dan menandai adanya perubahan karakteristik otak," ujarnya, seperti diberitakan Dailymail, Sabtu (16/1/2016).

Meski begitu, direktur penelitian di Alzheimer Society, Dr Doug Brown, memperingatkan, studi ini terlalu dini untuk mengidentifikasi Alzheimer sebelum gejala muncul.

"Tes ini masih dilakukan pada tikus yang secara genetik mengalami perubahan otak. Sedangkan pada manusia, beberapa perubahan justru muncul tanpa disadari, jadi kami belum bisa memprediksi perubahan urine yang sama pada orang," katanya.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Scientific Reports ini, demensia merupakan tantangan kesehatan terbesar saat ini, sebab diagnosis tepat waktu sangat penting untuk memberikan perawatan yang terbaik. Belum lagi perkembangan penyakit yang tidak dapat dihentikan membuat diagnosis yang akurat sangat sulit.

Alzheimer merupakan bentuk umum demensia. Saat ini ada satu kasus diagnosis Alzheimer dalam 4 detik di dunia. Selain itu, data yang sama mengatakan bahwa satu dari sepuluh orang berusia di atas 65 tahun terkena Alzheimer.

Angka ini lebih tinggi lagi untuk mereka yang berusia diatas 70, 80 tahun dan seterusnya. Artinya, ada lebih dari 44 juta orang di muka bumi yang terkena penyakit ini. Di Indonesia, diperkirakan ada 1 juta orang yang menderita Alzheimer dan akan meningkat menjadi 4 juta di tahun 2050.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya