Pemotor Jangan Sepelekan Musim Hujan, Begini Jurus Amannya

Bagi pengendara, masuknya musim penghujan mengharuskan mereka melakukan persiapan.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 18 Des 2015, 07:22 WIB
Pengendara motor melewati genangan air di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (24/11). Jalur lambat di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, tampak dihindari pengendara karena terdapat genagan air setinggi 20 cm. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap awal musim hujan terjadi pada November. Sementara puncak musim hujan untuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) berkisar pada Desember 2015 hingga Februari 2016.

Bagi pengendara, masuknya musim penghujan mengharuskan mereka melakukan persiapan. Untuk pemotor misalnya, mereka perlu membawa jas hujan dan siap menghadapi kondisi jalan yang tak bisa diprediksi.

Persiapan

Jusri Pulubuhu, instrukur Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC) menyarankan pengguna roda dua untuk menghidari penggunaan jas hujan model ponco.

"Jas hujan ponco yang berkibar-kibar membahayakan pengendara karena bisa masuk ke rantai. Selain itu, jas hujan ini resistensi airnya kurang sehingga pengendara akan selalu basah," paparnya saat dihubungi Liputan6.com.

Foto dok. Liputan6.com

Selain menyarankan penggunaan jas hujan model two piece, pemotor, kata Jusri juga diminta untuk membeli jas hujan berwarna cerah. "Ini dimaksudkan agar bisa terlihat dengan pengguna jalan lain," imbuh dia.



(Otopedia : Aksi 'Stunt Rider' Indonesia yang Memukau)

Selain mempersiapkan perlengkapan saat berkendara dalam cuaca hujan. Memeriksa kendaraan untuk memastikan keadaannya prima menjadi hal yang wajib.

Jaga kondisi motor 

Sebagaimana diwartakan Liputan6.com pada 17 November, ada lima komponen yang harus dicek, yakni oil seal dan dust seal, ban, tutup busi, rem, dan lampu.

Foto dok. Liputan6.com

Menyoal bekendara saat hujan, pemotor juga harus punya perhitungan. Aspek keselamatan yang utama. Jusri Palubuhu mengungatkan tiga aspek yang jadi perhatian, yakni bahaya, traksi, dan visibilitas.

Untuk bahaya, lanjutnya, bila musim kemarau hanya datang dari empat arah: depan, belakang, kanan, dan kiri. Pada musim hujan, posisinya bertambah, yakni dari atas dan bawah.

Foto dok. Liputan6.com

Bahaya dari atas dapat terjadi karena benda-benda terkena angin kencang yang turun bersama hujan. Dari mulai billboard, pohon, terpal truk, tiang listrik, dan benda-benda sejenis. Sementara posisi bahaya dari bawah berasal dari, misalnya, polisi tidur hingga lubang.

Foto dok. Liputan6.com

Untuk mengantisipasi hal ini, maka bikers wajib untuk lebih berhati-hati, terutama saat melewati wilayah yang bukan lintasan yang sehari-hari dilalui. Selain itu, usahakan pula untuk tidak berada di lead position (paling depan) jika bergerombol.

Hal yang kedua adalah lintasan traksi. Saat musim hujan, lintasan jalan akan semakin licin. Karena itu, bikers diwajibkan untuk memperhatikan satu faktor penting ini: ban.

Menurut Jusri, jangan gunakan ban yang tekanannya berlebih. Sebaliknya, usahakan menurunkan tekanan angin sebesar 2 psi. "Ini agar luasan ban yang terkena aspal semakin lebar," ujarnya. 

Perhatikan visibilitas

Faktor ketiga yang harus jadi pertimbangan adalah visibilitas. Saat hujan, visibilitas akan berkurang dan membuka potensi bahaya kepada bikers. Untuk itu pastikan headlamp berfungsi dengan baik. Gunakan helm yang berwarna cerah. Dan terakhir, pasang scotlight di sepatu, helm, atau jaket agar pengemudi di belakang dapat melihat Anda lebih baik.

Foto dok. Liputan6.com

"Kecelakaan kan bisa terjadi bukan karena kita tidak melihat, tetapi bisa juga karena pengemudi lain yang tidak lihat kita," jelas Jusri.

Nah, hujan yang turun dengan intensitas yang tinggi terkadang menimbulkan masalah baru. Ya, sejumlah jalan tentunya akan tergenang air. Ketinggiannya pun bervariasi. Namun, banyak pemotor yang nekat menerabas. 

Sebenarnya sah-sah saja. Tapi, pemotor harus memperhatikan sejumlah hal, baik dari aspek sepeda motor maupun medan yang dilewati. 

Jurus menerabas banjir 

Menurut Pereli Nasional Rifat Sungkar batas aman ketinggian banjir seperti banjir Jakarta bagi kendaraan bukanlah pada knalpot tetapi pada komponen intake udara.

Foto dok. Liputan6.com


Kemudian, untuk menentukan ketinggian genangan air pun cukup mudah. Cukup memperhatikan tinggi trotoar. Ya, tinggi trotoar yang berkisar antara 30-40 cm bisa menjadi patokan apakah genangan aman untuk ditrabas atau tidak. 

Foto dok. Liputan6.com


Motor kinclong

Nah, setelah berkendara saat kondisi hujan, jangan lupa untuk membersihkan motor. Bila tidak sempat, minimal mengguyur dan mengelap bagian bodi.

Sifat air hujan yang asam, akan membuatnya terkonsentrasi pada bodi. Apalagi bila tak segera dibasuh dengan air bersih. Hasilnya sudah pasti akan merusak lapisan cat dan menimbulkan bercak.

Foto dok. Liputan6.com

Disarankan untuk mencuci dan memoles kendaraan dengan wax untuk menjaga lapisan cat. Hal ini juga dianjurkan oleh Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat. Jadi, saat musim hujan, jangan malas-malas mencuci motor atau mobil Anda ya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya