The Fed Dongkrak Suku Bunga, Apa Kata Wapres JK?

Wapres JK menilai kenaikan suku bunga bank sentral AS hanya berdampak ke Jepang dan AS.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 17 Des 2015, 14:24 WIB
Wakil Presiden RI, Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla saat wawancara khusus dengan Tim Liputan6.com, Jakarta, Senin (19/10/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve/the Fed menaikkan suku bunga acuannya 0,25 persen-0,50 persen tidak terlalu mempengaruhi ekonomi Indonesia.

Ia menilai, kenaikan suku bunga bank sentral AS malah berdampak signifikan ke AS dan Jepang.
"Kita pengaruhnya kecil, kalau di Amerika Serikat dan Jepang pengaruhnya besar karena mereka punya bunga 0,25 persen. Jadi kalau dinaikkan 0,25 persen naiknya 100 persen mereka. Tapi di Indonesia BI rate 7,5 persen, jadi mereka mau naikkan 0,25 persen artinya kecil sekali," jelas JK, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (17/12/2015).

JK juga menuturkan ranah investasi asing di dalam negeri, juga tidak akan terlalu terpengaruh dengan naiknya Fed Rate. Sebab, mayoritas investasi asing berasal dari foreign direct investment (FDI).

"‎Kalau finansial silakan saja kembali. Kalau portofolio mau kembali tidak ada pengaruhnya. Kita pengaruhnya kalau FDI atau investasi riil, itu pasti tetap karena margin investasi riil tinggi bisa sampai 10 persen, dibandingkan 0,25 persen kecil," tutur dia.

"Jadi jangan hanya lihat dari satu sisi. Tidak ada negara maju apabila hanya dilihat dari sektor keuangan saja. Dilihat sektor riilnya juga," tambah JK.

Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akhirnya memutuskan kenaikan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade. Ini menandakan keyakinan bahwa sebagian besar ekonomi AS telah pulih dari dampak krisis keuangan 2007-2009.

Komite Kebijakan The Fed memutuskan kisaran kenaikan suku bunga acuan sebesar 0,25 - 0,50 persen. Keputusan ini mengakhiri perdebatan panjang tentang apakah ekonomi AS cukup kuat untuk menahan biaya pinjaman yang lebih tinggi.

"Para hakim Komite melihat ada perbaikan yang cukup besar dalam kondisi pasar tenaga kerja tahun ini. Hal itu cukup memberi keyakinan bahwa inflasi akan naik dalam jangka menengah dengan target 2 persen," kata The Fed dalam pernyataannya, melansir laman Reuters, Kamis 17 Desember 2015.

The Fed memperjelas jika kenaikan suku bunga adalah awal siklus dari langkah pengetatan, di mana dalam keputusan selanjutnya akan lebih memantau kondisi inflasi, yang berada di bawah target.

Dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS, pasar keuangan dan modal Indonesia cenderung positif pada Kamis pekan ini.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah juga menguat terhadap dolar AS. Rupiah menguat 22 poin ke level 14.028 per dolar AS dari posisi 16 Dessember 2015 di kisaran 14.050 per dolar AS.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis 17 Desember 2015, IHSG menguat 58,66 poin atau 1,131 persen ke level 4.542,12. Indeks saham LQ45 menguat 2,15 persen ke level 789,68. Seluruh indeks saham acuan kompak berada di zona hijau di awal sesi perdagangan. (Silvanus A/Ahm)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya