Semangat Generasi Muda RI untuk Sekolah Mulai Pudar

Pemerintah menyatakan pendidikan merupakan kunci bagi sebuah negara untuk mengentaskan kemiskinan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Nov 2015, 13:28 WIB
(Antara/Yudhi Mahatma)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan pendidikan merupakan kunci bagi sebuah negara untuk mengentaskan kemiskinan. Sayangnya, semangat generasi muda Indonesia untuk mengecap pendidikan mulai terkikis sehingga hal tersebut bisa menjadi ancaman bagi bangsa ini dalam mewujudkan cita-cita besarnya.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil mengatakan, salah satu tujuan atau sasaran penting dalam mandat seluruh negara terhadap pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan atau Suistanable Development Goals (SDGs) adalah pendidikan yang berkualitas.

"Dari 17 target sasaran SDGs, menurut saya yang paling penting quality of education. Pendidikan menjadi lampu aladin yang mengangkat dan mengentaskan orang dari kemiskinan, terutama dari pendidikan yang berkualitas," tegasnya saat Workshop Indonesia Menuju SDGs di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (10/11/2015).


Namun melihat faktanya, kata Sofyan, pemerintah dan seluruh pihak harus memikirkan kualitas pendidikan di Negara ini. Pasalnya, ia mengaku ironi dengan memudarnya semangat para generasi muda, terutama anak-anak Indonesia untuk bersekolah.

"Saya termasuk orang yang khawatir dengan pendidikan kita. Anak-anak sudah tidak semangat lagi, tidak punya spirit lagi. Juga kurang kreatif, padahal di tahun-tahun mendatang, kreatifitas menjadi kunci penting bagi kemajuan bangsa Indonesia maupun diri mereka sendiri," jelas mantan Menko Bidang Perekonomian itu.

Indonesia, diakuinya, merupakan salah satu negara yang berkomitmen mengimplementasikan program pembangunan berkelanjutan untuk mencapai 17 target sasaran yang telah ditetapkan dari hasil pertemuan The United Nations Conference on Suistanable Development (UNSCD) yang diselenggarakan di Rio de Jeneiro pada Juni 2012.

"Kita harus melaksanakan SDGs, meskipun belum tentu semua bisa dicapai oleh masyarakat dunia, tapi memang mesti dilaksanakan. Jadi sangat penting bekerjasama dengan berbagai elemen masyarakat, akademisi, parlemen dan lainnya bukan cuma pemerintah," tegas Sofyan.

Menurutnya, ini merupakan tantangan besar bagi seluruh umat manusia. Sebanyak 17 target ini, dinilai Sofyan sebuah sasaran yang ambisius, namun bermanfaat besar bagi manusia. "Kalau bisa dicapai (target), maka dunia ini akan menjadi better place to live," terang Sofyan.

Untuk diketahui, pada 25 September lalu, sebanyak 193 pemimpin dunia terasuk Indonesia yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla membuat komitmen terhadap 17 sasaran global untuk mencapai 3 isu paling penting agar dapat diakhiri pada 2030.

Sebanyak 3 isu paling krusial ini, antara lain, pertama, mengakhiri kemiskinan yang ekstrem. Kedua, melawan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, serta terakhir, menanggulangi perubahan iklim. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya