Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan masih ada kekurangan Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai berlaku di akhir 2015 ini. Salah satu kekurangan tersebut adalah pelaku ekonomi Indonesia yang masih menggantungkan pasar nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad menuturkan, para pebisnis masih menganggap Indonesia sebagai pasar yang besar. Oleh sebab itu, sebagian besar pebisnis nasional lebih memilih untuk memasarkan barangnya di Indonesia.
"Banyak pelaku ekonomi memanfaatkan pasar dalam negeri yang dianggap besar. Salah satu kekurangan kita jika dibandingkan negara maju, banyak player kita berorientasi domestik," kata dia dalam OJK Forum 2015, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Muliaman mengatakan, para pebisnis seharusnya juga melirik negara-negara lain di ASEAN. Hal itu dilakukan supaya Indonesia menjadi bangsa yang berkembang.
"Bagi kita pasar dalam negeri besar. Bagi mereka negara kecil keluar adalah keharusan kalau tidak dilakukan tidak berkembang," tambahnya.
Dia bilang, di ASEAN dengan penduduk sekitar 600 juta jiwa hampir 40 persen berasal dari Indonesia. Namun begitu, pihak mengimbau supaya pelaku bisnis melirik negara lain di ASEAN.
"Oleh karena itu menghadapi situsi seperti ini, kita lihat bahwa terbatas sekali yang mau memanfaatkan pasar Kamboja, Vietnamb, Myanamar," tandas dia.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI, Thomas Lembong mengatakan, integrasi perekonomian lewat masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlangsung dua bulan lagi merupakan hal yang penting untuk menghadapi tantangan global. Alasannya, negara-negara maju telah mengintegrasikan perekonomian menjadi satu kelompok. Sebut saja, negara-negara Eropa yang menyatu menjadi Uni Eropa (Zona Euro).
"Kita ini bergaul dengan negara-negara besar seperti China, Amerika, India. Bahkan Eropa pun juga menyatu melalui gerakan union atau melalui Euro Zone. Mereka sudah menyatu. Mengorbankan mata uang mereka masing-masing supaya mereka punya satu mata uang bersama," kata dia.
Menerapkan pola yang sama, ASEAN diharapkan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global. Apalagi, perekonomian global saat ini dihadapkan kebijakan Amerika Serikat (AS) serta pelemahan ekonomi China.
"Buat saya sangat jelas, seharusnya logika juga bisa memperlihatkan kita akan lebih kuat menghadapi trend di dunia. Kita menghadapinya bersama," tuturnya.
Thomas menuturkan, dengan penyatuan tersebut diharapkan ASEAN perekonomiannya akan menjadi kokoh. Hal itu menimbang populasi ASEAN yang begitu besar.
"Kita sebagai ASEAN populasinya 600 juta ekonomi se-ASEAN sudah US$ 2,5 triliun. Menurut saya itu sudah jelas sekali. Bahwa kita bisa bersinergi dan berkoordinasi dengan ASEAN kita bisa menghadapi dunia dan menghadapi trend dunia sebagai ASEAN. Kita akan bisa menghadapinya lebih mudah dibandingkan menghadapinya sebagai Indonesia. ASEAN ini sungguh penting," tandas dia. (Amd/Gdn)
Ini Kekurangan Indonesia Hadapi Pasar Bebas ASEAN
Para pebisnis nasional seharusnya juga melirik negara-negara lain di ASEAN.
diperbarui 12 Okt 2015, 17:18 WIB(Foto: jmproid)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Simpel dan Berguna, Undangan Pernikahan Ditempel ke Produk Bumbu Instan
Lihat Alam Barzakh usai Mati Suri? Ini Kata Buya Yahya
Identitas Penumpang Kapal yang Nekat Melompat ke Laut di Perairan Lampung
Cerita Warga Cirebon Merasakan Getaran Gempa Garut
Dua Warga Pameungpeuk Dirawat Akibat Gempa Garut Magnitudo 6.5
VIDEO: Atap Bangunan Ambruk! Dampak Gempa Magnitudo 6,5 Garut
Indra Pratama Bantah Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Milik Mantan Menteri Fahmi Idris
Respons Anies soal PKB-NasDem Gabung Koalisi Prabowo-Gibran
Gempa M 6,5 Guncang Garut, Warga Kalibata City Jakarta Selatan Berhamburan
Viral Emak-Emak Paksa Minta Sumbangan Sambil Teriak-Teriak di Sukabumi
Gempa M 6,5 Guncang Garut, Warga Histeris Berhamburan Keluar Rumah
Syukuran Kemenangan Prabowo-Gibran di Berau, Dua Kerajaan Hadir