Sigi Investigasi: Adu Nyali Monster Berbelalai

Sejumlah warga Pante Peusangan, Beuren dalam dilema antara takut dan memberanikan diri dalam menghalau gajah liar.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Sep 2015, 02:20 WIB
Sejumlah warga Pante Peusangan, Beuren dalam dilema antara takut dan memberanikan diri dalam menghalau gajah liar.

Liputan6.com, Aceh - Ini bukanlah sepenggal adegan aparat penegak hukum tengah berupaya membekuk penjahat atau pun action baku tembak. Kejadiannya begitu cepat.

Sejumlah warga Pante Peusangan, Beuren dalam dilema antara takut dan memberanikan diri. Mereka berusaha menghalau mahluk raksasa berbadan tambun yang dikenal dengan sebutan gajah.

Bukan perkara mudah mengusir gajah. Perbekalan amunisi dalam bentuk mercon dan kembang api yang digunakan untuk menakut-nakuti tak memadai untuk tetap terus bergerak maju menghalau gerombolan gajah liar.

Malam yang pekat membuat suasana kian mencekam. Konflik penduduk desa dengan mahluk raksasa bergading ini sudah cukup lama meresahkan, karena mereka masuk ke dalam kawasan ladang para warga desa dan meluluh lantakkan hasil ladang.

Berjaga-jaga dan waspada, senjata andalan berupa kembang api dan mercon pengusir gajah siap dalam genggaman. Tak lama, terdengar suara teriakan warga pertanda sang mahluk bertubuh raksasa muncul.

Ternyata seekor gajah liar sedang tertidur pulas. Gajah liar ini bisa saja terbangun dan mengamuk. Bom molotov dalam genggaman siap disulut.

Selidik punya selidik, gajah liar yang bikin heboh ini sudah dikenali warga. Kalung jadi penanda. Kalung GPS Collar atau GPS pelacak yang dipasang oleh BKSDA berfungsi memantau pergerakan gajah.

Daerah berkontur perkebunan dan berbukit-bukit dengan luas sekitar 800 hektare adalah bagian area favorit jelajah gajah-gajah liar.

Ini yang menyebabkan perkebunan dan ladang milik warga hancur lebur, rata dengan tanah. Bukti nyata ganasnya gerombolan gajah liar saat menyeruduk ke ladang pedesaan.

Inilah sebabnya mengapa menghalau gajah liar terus dilakukan. Suasana makin menegangkan saat para penghalau gajah liar tak bisa lagi tinggal diam.

Tiba saatnya kembali menginjakkan kaki ke dalam hutan belantara. Perburuan berlanjut. Suara meriam karbit yang menyalak terdengar, pertanda episode perang menghalau gajah dimulai.

Makin jauh memasuki hutan tanda-tanda keberadaan gajah liar makin terlihat dari beberapa jejak yang masih baru di tinggalkan.

Rasa takut mulai menguasai, tapi perbekalan amunisi yang cukup meneguhkan hati. Roket-roket kembang api ditembakkan seolah tengah berlangsung perang kolosal.

Yang paling mencemaskan tentu saja serangan balik penuh amarah dari si makhluk berbadan besar ini.

Salah seorang warga menaiki pohon untuk memantau pergerakan dari ketinggian. Pergerakan monster berbelalai ini semakin terjepit oleh kepungan para penghalau gajah.

Gajah-gajah liar ini terus didesak mundur dan dipersempit ruang geraknya. Benar-benar 'PR' alias sulit buat kami mengikuti pergerakan para penghalau gajah liar ini. Nafas kami makin menipis.

Kendati, misi menghalau gajah liar kali ini sukses. Peperangan ini kami menangkan. Beberapa ekor gajah liar lari tunggang langgang menyeberang sungai.

Luka yang dialami dalam misi kali ini seakan tak dirasa. Perjuangan keras kali ini membuahkan hasil yang setimpal. Paling tidak malam ini warga desa bisa tidur nyenyak.

Konflik manusia dan gajah liar di Aceh disebabkan terganggunya habitat dan daerah lintasan binatang berbadan besar itu oleh penduduk. Utamanya akibat pembukaan lahan baru.

Bagaimana penanganan amukan gajah ini dan bagaimana pula reaksi masyarakat yang jadi korban? Saksikan adu nyali monster berbelalai selengkapnya dalam tayangan Sigi Investigasi SCTV edisi Minggu (20/9/2015), di bawah ini. (Nda/Rmn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya