Sri Harijati Ingin Hadirkan Sentuhan Wanita di KPK

"KPK selama ini dipimpin dari jilid 1 sampai sekarang laki-laki semua, belum pernah ada wanita," kata Sri saat seleksi calon pimpinan KPK.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 26 Agu 2015, 11:02 WIB
Suasana wawancara terbuka calon pimpinan KPK. (Herman Zakharia/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Perdata pada Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jam Datun) Kejaksaan Agung Sri Harijati ingin membawa sentuhan wanita ke dalam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal itulah yang menjadi dasar Sri mendaftar menjadi calon pimpinan KPK.

‎"Saya ingin KPK ada warna lain. KPK selama ini dipimpin dari jilid 1 sampai sekarang laki-laki semua, belum pernah ada wanita," kata Sri, di Gedung Setneg, Jakarta, Rabu (26/8/2015).

Menurut dia, KPK masih belum maksimal dalam menjalankan fungsi koordinasi dan supervisi dengan kepolisian dan kejaksaan. Dia m‎engatakan fungsi tersebut bisa ditingkatkan lewat 'tangan' perempuan.

"Sentuhan seorang perempuan akan beda terutama dalam komunikasikan pekerjaan penegak hukum lain. Kekuatan utama perempuan itu komunikasi," tegas Sri.

Korupsi, lanjut dia, seperti penyakit sosial. Bila dia terpilih jadi pimpinan, maka lembaga itu akan berfokus pada tindakan pencegahan.

"Korupsi itu penyakit sosial. Jangan hanya obati tapi harus cegah agar tidak timbul. Pencegahan ini yang tidak ada. Mungkin sudah dilakukan (kampanye pencegahan korupsi) tapi apa memang tidak diberitakan. Saya akan lakukan dengan sentuhan wanita," tutur Sri.

‎Sebagai capim yang berasal dari Kejaksaan Agung, dia berjanji akan independen bila terpilih jadi pimpinan KPK. Dia menyatakan siap menindak bila ada pejabat kejaksaan yang terjerat kasus korupsi.

"‎Menurut Pasal 3 (UU KPK), dalam melaksanakan tugas, KPK bersifat independen dan tidak terpengaruh kekuasaan apapun. Kalau saya sudah terpilih, maka saya sudah lepas dengan instansi asal," ujar Sri.

‎Sebelum mengakhiri proses wawancara, anggota Pansel KPK Diani Sadiawati menyindir KTP yang tidak diproses dengan benar.

‎"Itu KTP rumah saya lama yang sudah saya jual. Ketika proses itu saya berada di Lampung. Kebetulan kelurahan dan kode pos sama. Pertama saya ke sana alat rusak, kedua orangnya enggak datang. Insya Allah pulang dari sini saya buat KTP baru‎," tandas Sri. (Bob)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya