Orang Berduit China Ogah Pakai Rolls-Royce, Kenapa?

Konglomerat Tiongkok saat ini sedang menekan pengeluaran dengan tidak membeli mobil super mewah.

oleh Yongki Sanjaya diperbarui 07 Jul 2015, 20:10 WIB
Phantom Metropoliton mengabadikan suasana kota-kota besar dunia melalui kerajinan menata potongan-potongan kecil veneer kayu.

Liputan6.com, Beijing - Penjualan Rolls-Royce di Tiongkok sedang terpuruk. Alasannya, pemerintah Tiongkok sedang mengawasi dengan ketat dugaan korupsi serta konsumsi berlebihan masyarakatnya.

Dijelaskan, sebagian besar konglomerat Tiongkok saat ini sedang menekan pengeluaran dengan tidak membeli mobil super mewah. Hal ini berdampak pada penjualan mobil mewah di Tiongkok yang mengalami perlambatan dan berbuntut pada menurunnya penjualan Rolls-Royce. 

Secara global, penjualan Rolls Royce terutama pada model Phantom menurun 13 persen selama kuartal pertama dengan menjual 781 unit. Sementara itu sepanjang 2014 Rolls-Royce menjual sejumlah 4.063 unit kendaraan dan menjadi rekor penjualan pabrikan mobil ultra premium Inggris itu.

"Ada angin dingin berhembus di Tiongkok pada penjualan Rolls-Royce. Untuk itu, kami sudah menyesuaikan produksi," ujar Peter Schwarzenbauer, anggota dewan BMW AG divisi mobil mewah, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (7/7/2015).

Adapun merek yang dipilih para konglomerat saat ini beralih ke Audi. Pabrikan berlogo empat cincin kini menjadi merek mobil mewah yang sedang laris di Tiongkok.

Selain Audi, konglomerat Cina mulai melirik merek BMW untuk mobil barunya. Pada merek ini, kalangan berkantong tebal menjatuhkan pilihan pada model Seri 7.

"Uangnya ada, tetapi orang tidak ingin pamer dengan menggunakan Rolls Royce," tandas Schwarzenbauer.

(ysp/gst)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya