Liputan6.com, Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) menyatakan sikap bersama tentang permasalahan pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh dan Sumatera Utara. Mereka menyatakan keprihatinannya atas masalah sosial dan kemanusiaan ini.
"Kompleksitas permasalahan Rohingya antara lain status kewarganegaraan, sentimen keagamaan, dan masalah sosial ekonomi," ucap Ketua MUI KH Slamet Efendy Yusuf di kantornya, Jalan Proklamasi No 51, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/5/2015).
Selain itu, Palang Merah Indonesia (PMI) juga diharapkan turun tangan membantu menangani masalah pengungsi Rohingya yang jumlahnya terus meningkat. Hal ini untuk menghindari dampak negatif secara ekonomi, sosial, dan kemanusiaan bagi negara di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
"Sehubungan dengan itu, kami mengimbau pemerintah untuk dapat menggalang dukungan dan kerjasama negara ASEAN dalam menangani permasalahan pengungsi Rohingya dan status kewarganegaraannya," lanjut dia.
Tanpa bermaksud campur tangan, MUI dan Walubi juga meminta agar Myanmar segera mengambil langkah mendasar untuk menyelesaikan masalah suku Rohingya di negaranya.
"Myanmar diminta mengadopsi prinsip dasar kewarganegaraan yang tidak rasialis dan diskriminatif. Sehingga tidak akan terjadi eksodus berupa mengalirnya manusia perahu secara terus-terusan karena ini bertentangan dengan asas kemanusiaan," tandas Slamet.
Terkait pengungsi Rohingya yang terdampar di Indonesia, MUI dan Walubi mendesak agar pemerintah menyiapkan tempat penampungan khusus seperti yang pernah dilakukan terhadap pengungsi Kamboja dan Vietnam beberapa tahun silam.
Sebagai langkah kongkret, MUI dan Walubi bertekad melakukan kegiatan kemanusiaan untuk meringankan beban pengungsi Rohingya di Indonesia terutama yang ada di Aceh dan Sumatera Utara. "Kami akan datang langsung ke sana dan memberikan bantuan logistik seperti selimut, pakaian, dan makanan tentunya," pungkas Slamet.
Pengungsi dari etnis Rohingya terdampar di Aceh dan Sumatera Utara setelah mendapat penolakan dari sejumlah negara di Asia Tenggara. Mereka hidup terombang-ambing di atas perahu akibat Myanmar sebagai tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut.
Pada Juni dan Oktober 2012 lalu kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal. (Mut)
MUI Minta RI Galang Dukungan ASEAN Selesaikan Pengungsi Rohingya
MUI dan Walubi juga meminta agar Myanmar segera mengambil langkah mendasar untuk menyelesaikan masalah suku Rohingya di negaranya.
diperbarui 20 Mei 2015, 16:29 WIBRatusan imigran Rohingya berada di Gedung Olahraga (GOR) Lhoksukon, Aceh, Senin (11/5/2015). Sekitar 500 migran terdampar di pantai Aceh setelah terapung-apung di laut selama sebulan karena kehabisan bahan bakar. (REUTERS/Roni Bintang)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Zulkifli Hasan Tak Khawatir Kursi PAN di Kabinet Prabowo Berkurang, Ini Alasannya
Link Live Streaming Liga Champions Bayern Munchen Vs Real Madrid, Rabu 1 Mei 2024 di Vidio
100 Kata-Kata Gombal Buat PDKT ke Cowok, Bikin Suasana Romantis Semakin Manis
Brimob Polda Lampung 'Hajar' Nyamuk dengan Fogging di Permukiman Warga
Desa Ini Sudah Ekspor Rotan Sejak Tahun 80-an, Kini Sumbang Devisa Miliaran Rupiah
KPK Tetapkan 2 Tersangka Baru Korupsi, Amarta Karya Pastikan Kooperatif
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan Cakup 3 Poin Utama, Ini Penjelasannya
120 Kata-Kata Kesabaran yang Menginspirasi, Menenangkan Hati yang Gelisah
Mau Mandi Junub tapi Tak Ada Air, Caranya Begini
Bintangi Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa, Keanu Angelo: Manusia Punya Perasaan dan Naluri Berbuat Baik
Kredit UMKM Bank DKI Capai Rp 5,2 Triliun di Kuartal I 2024, Melonjak 39%
OJK Jatim Tangani 231 Pengaduan hingga Maret 2024, Mayoritas Kasus Perbankan