Raja Yordania: Palestina Tak Merdeka, Dunia di Ambang Krisis

Bahkan saat KAA pertama kali digelar pada 1955, Palestina sudah menyerukan niatannya untuk merdeka. Tapi belum terwujud hingga saat ini.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 22 Apr 2015, 15:39 WIB
Raja Yordania Abdullah II. (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Raja Yordania Abdullah II menyorot tajam soal Palestina, dalam pidatonya yang disampaikan di perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60. Dia menyatakan, jika sampai saat ini negara itu belum merdeka, maka itu adalah masalah besar dunia.

"Krisis (kemerdekaan) ini adalah krisis dunia," tegas Raja Abdullah II di JCC, Senayan, Jakarta, Selasa (22/4/2015).

Menurut Raja Abdullah II, hal itu karena dia melihat perjuangan kemerdekaan Palestina sudah berlangsung dalam waktu lama. Bahkan saat KAA pertama kali digelar pada 1955, Palestina sudah menyerukan niatannya untuk merdeka. Tetapi, niatan tersebut belum terwujud sampai saat ini.

"Pada 1955, ketika Konferensi Bandung pertama kali digelar, masalah yang dikemukan adalah soal penegakan hak Palestina," kata Raja Abdullah II

"Siapa bisa menyangka 60 tahun kemudian, Palestina masih belum bisa mendapat mendirikan negaranya," sambung Raja Abdullah II.

Oleh sebab itu, lanjut dia, penting bagi negara Asia-Afrika untuk kembali menyatukan sikap dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Sebab jika dilihat dari waktu perjuangan, belum merdekanya Palestina hingga saat ini menjadi persoalan besar.

Raja Abdullah II mengutarakan, kegagalan kemerdekaan Palestina bisa disebut sebagai tidak berhasilnya dunia menegakkan keadilan. Ia pun berharap kondisi itu bisa berubah, dan tolak ukur berubahnya keadaan itu ialah kemerdekaan Palestina.

"Jadi ini merupakan waktu yang sangat tepat untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah kita mulai sejak lama. Marilah kita bersatu bersama," ajak Raja Abdullah II.

Palestina di KAA ini menjadi bahasan diskusi. Hasilnya, KAA mendukung kemerdekaan Palestina. (Tnt/Sss)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya