Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga beras yang rata-rata mencapai 30 persen dinilai sebagai pukulan bagi buruh dalam mencapai tingkat kesejahteraan. Pasalnya kenaikan harga beras, sebagai kebutuhan sangat pokok akan menurunkan upah riil mereka.
"Kenaikan upah minimum yang rerata naik secara nominal hanya 10 persen tentunya akan gagal untuk membantu kesejahteraan kaum buruh di tahun 2015 ini," ujar Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (25/2/2015).
Menurut survei OPSI, kebutuhan pangan bisa mengambil porsi sekitar 45 persen dari upah yang diterima para buruh. Ini artinya kenaikan beras sebesar 30 persen akan sangat signifikan menguras upah buruh. Akibatnya, kenaikan harga beras akan signifikan mengganggu kebutuhan-kebutuhan pokok buruh lainnya.
"Kenaikan harga beras ini merupakan bukti kegagalan pemerintah mengendalikan inflasi," kata dia.
Timboel juga menyatakan peran Perum Bulog yang selama ini diharapkan dapat menstabilkan harga beras ternyata tidak mampu menghadapi permainan para spekulan dalam mengatur rantai distribusi beras. Pemerintah juga dinilai tidak bisa mengantisipasi dan menyelesaikan kondisi ini.
"Akibat kegagalan pemerintah menstabilkan harga beras ini maka pemerintah harus bertanggungjawab dan harus mencarikan solusi supaya harga beras bisa normal kembali," lanjutnya.
Dia menjelaskan, Bulog harus mampu melakukan operasi pasar di kawasan-kawasan industri. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan juga diharapkan berperan untuk membantu kaum buruh dalam memenuhi kebutuhan beras.
Timboel mencontohkan, BPJS Ketenagakerjaan bisa memberikan diskon harga beras kepada buruh dengan menggunakan kartu BPJS Ketenagakerjaan yang dimiliki buruh.
"Peran BPJS Ketenagakerjaan ini harus dilakukan, guna memenuhi amanat UU 40/2004 yaitu keterlibatan BPJS Ketenagakerjaan untuk membantu kebutuhan pesertanya," tandasnya. (Dny/Nrm)
Buruh Minta Ada Operasi Pasar Beras di Kawasan Industri
Kenaikan harga beras, sebagai kebutuhan sangat pokok akan menurunkan upah riil buruh.
diperbarui 25 Feb 2015, 10:35 WIBPekerja menurunkan beras dari dalam truk di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Selasa (24/2/2015). Harga beras sejak 9 Februari 2015 melonjak hingga 30 persen, hal ini disebabkan belum meratanya panen di daerah produsen. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Makna Rambut bagi Happy Salma dan Ariel Tatum, Lebih dari Sekadar Simbol Kecantikan
VIDEO: Dampak Kenaikan Harga Gula Pasir, Pemilik Toko Roti Terpaksa Menaikkan Harga Kue
Saat Sri Mulyani Rela Rapat saat Malam Minggu di Kantor Bea Cukai Imbas Kasus Viral
Usai Sukses Menangkan Prabowo-Gibran di Jawa Timur, Khofifah Siap Maju ke Pilgub Jatim Bareng Emil Dardak
Asal Muasal Kambing Qurban Pengganti Ismail, Keterangan Ibnu Abbas dan Ibnu Katsir
Kepribadian Berdasarkan Bentuk Ujung Jari Telunjuk, Mana Milikmu?
Air Laut Sempat Surut usai Gempa Garut, Kata Warga Pesisir Selatan
Induk Usaha Google Bakal Tebar Dividen untuk Pertama Kali
Artis Rio Reifan Positif Sabu
Gerindra: Susunan Kabinet Prabowo-Gibran Masih Dikomunikasikan dengan Parpol Pengusung
Donald Trump Kena Denda Rp 7,3 Triliun, Bisakan Investasinya di Kripto untuk Lunasi?
BNPB: Rumah Rusak Akibat Gempa Garut Bertambah Jadi 110 Unit, Korban Luka 8 Orang