Rupiah Bisa Ambruk ke Posisi Rp 13.000 per Dolar AS?

Kinerja ekonomi AS semakin kinclong sehingga dolar kian perkasa dan melemahkan seluruh mata uang negara-negara di Asia Timur.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Feb 2015, 08:16 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus terkontraksi hingga level Rp 12.800. Penyebabnya, karena kinerja ekonomi AS semakin kinclong sehingga dolar kian perkasa dan melemahkan seluruh mata uang negara-negara di Asia Timur, seperti Yen Jepang dan Won Korea.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, pelemahan kurs rupiah berasal dari faktor eksternal sampai mengguncang mata uang lain, termasuk Rupiah Indonesia.

"Semua karena faktor eksternal, nggak ada hubungan dengan faktor domestik. Kurs Won Korea dan Yen Jepang melemah, hampir semua mata uang Asia Timur lesu karena kinerja ekonomi AS bagus," ucap dia kepada wartawan di Jakarta, seperti ditulis Jumat (13/2/2015).

Dia mengklaim, kontraksi Rupiah tidak membuat pasar panik mengingat investor asing masih melakukan pembelian bersih di pasar modal. Sedangkan kondisi yield dari Surat Utang Negara (SUN) tercatat normal sehingga tercapai titik keseimbangan dalam kurun waktu tidak terlalu lama.

Saat ditanyakan mengenai prediksi Rupiah terus tertekan dan berpotensi menyentuh angka Rp 13.000 per dolar AS, Sofyan menilai akan tergantung pada kondisi faktor eksternal.

"Nggaklah (Rp 13.000), jangan begitu dong, karena sangat tergantung pada faktor luar negeri, kita akan lihat. Bank Indonesia aware masalah ini, tidak banyak yang bisa kita lakukan di domestik tapi apa yang sudah kita lakukan diapresiasi," tuturnya.

Lebih jauh katanya, pemerintah berupaya membenahi persoalan internal, seperti logistik, percepatan arus barang, efisiensi pelabuhan, memangkas waktu bongkar muat (dwelling time) pelabuhan yang akan dibereskan paling lama 6 bulan.

"Kalau ada kemauan, dan dukungan Presiden, ketegasan, maka pelaksanaannya akan jalan. Seperti Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) supaya iklim investasi di Indonesia jadi lebuh baik. Juga soal penghapusan subsidi BBM untuk Premium tapi ada faktor luar negeri yang nggak bisa dikontrol atas fluktuasi Rupiah saat ini," terang Sofyan. (Fik/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya