Berkah Memiliki Anak yang Menyandang Autis

Bukan membenci apa yang terjadi namun percaya bahwa kehadiran anak autis adalah berkah.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 02 Des 2014, 13:30 WIB
Lewat stimulus sedini mungkin pada anak autis untuk menggali potensi bakatnya.

Liputan6.com, Jakarta Setiap orang tua tentu mengharapkan sang anak yang lahir ke dunia tumbuh menjadi anak yang normal. Namun ketika harapan berbeda dengan kenyataan bukan berarti harus marah atau menangisi keadaan.

Inilah yang dilakukan oleh Tjut Sandy Ela Novamia ibu dari penyandang autis Ivan Hutabarat (17). Saat dinyatakan anak ketiganya mengalami kondisi spesial ini, ia pun menangis selama dua hari. Namun sesudahnya ia bangkit.

"Saya percaya, apa yang Tuhan berikan pada saya merupakan berkah. Tuhan tidak akan memberikan hal yang tidak baik untuk umat-Nya. Saya percaya itu. Sehingga saya yakin bahwa ada hal baik dibalik ini semua," ungkapnya perempuan paruh baya yang akrab dipanggil Sandy saat ditemui di Jakarta Kids Festival pada Minggu (30/11/2014).

Kepercayaan ini pun yang sering ia ceritakan kepada para orang tua lain dengan kondisi serupa. Namun ia paham, tak mudah bagi orangtua yang memiliki anak autis hingga memiliki keyakinan seperti itu.

Selain kepercayaan seperti itu, kesabaran pun dibutuhkan dalam mendidik anak autis. "Saat diucapkan untuk terus sabar sepertinya mudah ya tapi dalam kenyataannya itu memang sulit. Saya harap saya terus diberikan kesabaran yang tak ada batasnya," terang Sandy.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya