Liputan6.com, Yogyakarta - Aktivitas Gunung Slamet yang tengah 'rajin' melontarkan lava pijarnya kini dinilai memiliki prospek sebagai kawasan wisata.
Kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono pun mengimbau pemerintah daerah di wilayah Gunung Slamet untuk memanfaatkan erupsinya. Imbauannya ini dilontarkan lantaran dia yakin, Gunung Slamet masih aman meski kian aktif.
Pria yang karib disapa Mbah Rono itu menilai, fenomena alam ini bisa menjadi daya tarik wisata untuk melihat proses alam gunung berapi. 5 Kabupaten menjadi tempat berdiam Gunung Slamet itu, yakni Pemalang, Banyumas, Purbalingga, Tegal, dan Brebes.
"Sudahlah seharusnya 5 kabupaten itu promosi. Piknik semua karcis lima puluh persen korting. Nginep di Guci, mana itu Baturaden, Blambangan. Minum nasgitel (panas legi kentel), nonton semburan Slamet kalau masih ada," kata Surono di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Sabtu (13/9/2014).
"Atau dengarkan suara dentuman Slamet ya ibarat mercon," imbuh dia.
Menurut dia, wisata vulkano di Gunung Slamet bisa menjadi salah satu pilihan wisata. Pengunjung bisa melihat fenomena alam dengan lava pijar yang keluar dari Gunung Slamet dan suara dentuman. Selain itu bisa melihat fenomena asap berbentuk cincin.
Surono menyebut, wisata vulkano ini bisa dilakukan sesuai dengan jarak aman. Wisata ini aman lantaran Gunung Slamet sangat berbeda dengan Merapi yang bisa mengeluarkan material batu besar.
Sementara Gunung Slamet hanya akan mengeluarkan lava pijar. Hal itu yang bisa menjadi daya tarik wisatawan.
"Trennya (letusan) mulai menurun, status masih Siaga. Tapi kalau ada perubahan, itu pasti ada tanda-tandanya. Merapi berubah itu ada tanda-tandanya. Wis toh Gunung Slamet, selamet orangnya. Nggak usah ramai," tandas Surono. (Sss)
Lava Pijar Gunung Slamet Bisa Jadi Wisata Vulkano?
Wisata ini aman lantaran Gunung Slamet sangat berbeda dengan Merapi yang bisa mengeluarkan material batu besar.
diperbarui 13 Sep 2014, 19:09 WIB Tumpukan material vulkanik pada puncak Gunung Slamet, menjadi ancaman baru bagi warga lereng sebelah barat dan utara.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cara Pakai WA Web Online di HP, Tidak Banyak yang Tahu
Kunjungan ke Sumatra Selatan, Jokowi Akan Tinjau RSUD hingga Cek Harga Komoditas di Pasar
Chery Pastikan Tiggo 5X Pro yang Direcall di Filipina Tak Berpengaruh ke Indonesia
IHSG Berpeluang Koreksi, Cermati Rekomendasi Saham Hari Ini 30 Mei 2024
9 Rekomendasi Drakor Mirip Lovely Runner, Sama-Sama Bikin Salting Brutal!
Ditahan Kejagung, Ini Tampang Eks Dirjen Minerba Kementerian ESDM yang Terjerat Kasus Korupsi Timah Rp 300 Triliun
Tukang Ojek Bromo yang Getok Tarif Rp400 Ribu Bikin Video dan Surat Pernyataan Maaf
Jasad Hangus hingga Anak Tanpa Kepala, Cerita Pembantaian Israel di Kamp Pengungsi Rafah
Mulai 1 Juni Aturan Pembatalan Tiket Kereta Api Berubah, Begini Ketentuannya
Harga Minyak Loyo di Tengah Ketegangan Timur Tengah
VAR Mulai Dipakai, Kualitas Liga Indonesia Diprediksi Bakal Meningkat Musim Depan
Main Forex dengan Dana Desa, Bekas Bendahara di Boalemo Jadi Tersangka