Sukses

Proses Terjadinya Gunung Meletus Disertai Petir, Berikut Penjelasannya

Proses terjadinya gunung meletus disertai petir perlu kamu pahami dengan mengenali ionisasi dan petir, hingga proses terjadinya petir di atmosfer secara umum.

Liputan6.com, Jakarta Proses terjadinya gunung meletus disertai petir perlu kamu pahami dengan mengenali ionisasi dan petir, hingga proses terjadinya petir di atmosfer secara umum. Ionisasi adalah pemisahan atom atau molekul menjadi ion-ion yang bermuatan positif dan negatif . Proses ionisasi ke muatan positif atau negatif sedikit berbeda. Ion bermuatan positif didapat ketika elektron yang terikat pada atom atau molekul menyerap energi cukup agar dapat lepas dari potensial listrik yang mengikatnya.

Energi yang dibutuhkan tersebut disebut potensial ionisasi, yang secara umum potensial ionisasi ini terjadi antara awan dengan bumi atau awan dengan awan. Ion bermuatan negatif didapat ketika elektron bebas bertabrakan dengan atom dan terperangkap dalam kulit atom dengan potensial listrik tertentu. Bertambah atau berkurangnya partikel bermuatan seperti elektron atau lainnya yang terikat pada atom atau molekul ini dapat menyebabkan proses petir yang terjadi.

Sementara itu, secara umum petir terjadi karena ada perbedaan ionisasi antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena awan bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya awan akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya.

Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara.

Petir yang terjadi antarawan yang berbeda muatan terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir dikarenakan ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif. Sumber sambaran petir biasanya ditimbulkan oleh awan petir cumulonimbus (cb).

Bagaimana petir yang terjadi karena aktivitas vulkanik? Berikut Liputan6.com rangkum dari laman BPBD DIY, Kamis (18/4/2024) tentang proses terjadinya gunung meletus disertai petir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Proses Erupsi Gunung Api Secara Umum

Sebelum mengenali proses terjadinya gunung meletus disertai petir, kamu perlu mengenali proses erupsi gunung api secara umum terlebih dahulu. Erupsi terjadi karena tekanan gas yang sangat bertenaga asal dalam perut bumi, sehingga mendorong magma untuk keluar. Akibat tekanan gas, magma akan bergerak naik secara perlahan. Magma tersebut akan melelehkan batuan yang berada di sekitarnya serta kemudian terjadilah penumpukan magma dalam gunung tadi.

Tekanan yang berasal dari dalam bumi akan semakin besar karena magma tadi terhambat oleh lapisan batuan padat atau litosfer yang sangat sulit untuk ditembus. Sebab tekanan yang sangat kuat, maka pada daerah tadi tersimpan energi yang sangat kuat pula sehingga lapisan batuan di sekitarnya perlahan rapuh serta retak.

Pada celah retakan inilah nantinya magma akan menjalar keluar ke permukaan bumi. Magma yang menjalar ini akan melelehkan saluran retakan tersebut, sebagai akibatnya akan membentuk saluran batu yang diklaim menjadi pipa kepundan. Ketika lapisan batuan sudah tidak bisa membendung tenaga yang kuat, maka akan terjadi ledakan dan  semburan. Ketika magma tadi berhasil keluar ke bagian atas bumi, proses inilah yang lalu disebut apa itu erupsi.

3 dari 4 halaman

Proses Terjadinya Gunung Meletus Disertai Petir

Proses terjadinya gunung meletus disertai petir sebenarnya tidak jauh berbeda dari mekanisme petir biasa. Hanya saja, awan cumulunimbus yang menjadi “sarang” petir tergantikan oleh awan kepulan uap air, abu, debu, dan partikel vulkanik lain yang menyembur ke angkasa secara masif.

Proses terjadinya gunung meletus disertai petir atau petir vulkanik ini masih menjadi perdebatan. Ada beberapa teori terkait proses terjadinya gunung meletus disertai petirini. Salah satu teori berpendapat bahwa ketika gunung berapi meletus, gunung berapi mengeluarkan partikel abu panas, uap, dan gas. Partikel yang awalnya netral setelah bertabrakan satu sama lain dapat mentransfer muatan satu sama lain dan berubah menjadi massa positif atau negatif.

Ketika partikel debu vulkanik bertabrakan satu sama lain, kemudian terjadi (ionisasi) pemisahan muatan dengan proses yang disebut aerodynamic sorting. Di mana pemisahan muatan positif dan negatif terjadi melalui adanya awan vulkanik.

Hal ini menyebabkan awan tersebut bermuatan positif di salah satu ujung dan bermuatan negatif di ujung satunya lagi. Kemudian pemisahan ini terus berlanjut sampai terlewat batas dan listrik mulai mengalir antarkedua muatan yang berbeda. Sehingga menyebabkan terjadinya petir saat letusan gunung berapi.

Sementara itu, ada pula penelitian yang menunjukkan bahwa aktivitas erupsi gunung berapi bukan pemicu secara langsung terjadinya petir, jadi meskipun terjadi erupsi utama, tidak berarti kejadian petir memiliki kuantitas yang paling besar. Jadi, proses terjadinya gunung meletus disertai petir masih menjadi perdebatan. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait proses terjadinya gunung meletus disertai petir ini.

4 dari 4 halaman

Tingkat Aktivitas Gunung Api

Melansir magma.esdm.go.id, berikut tingkatan aktivitas gunung api di Indonesia:

 

Level IV (Awas)

Tingkat aktivitas gunung api Level IV atau Awas merupakan hasil pengamatan visual dan instrumental teramati mengalami peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi.

 

Level III (Siaga)

Tingkat aktivitas gunung api Level III atau Siaga merupakan hasil pengamatan visual dan instrumental memperlihatkan peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi.

 

Level II (Waspada)

Tingkat aktivitas gunung api Level II atau Waspada merupakan hasil pengamatan visual dan instrumental mulai memperlihatkan peningkatan aktivitas. Pada beberapa gunung api dapat terjadi erupsi.

 

Level I (Normal)

Tingkat aktivitas gunung api Level I atau Normal merupakan hasil pengamatan visual dan instrumental fluktuatif, tetapi tidak memperlihatkan peningkatan aktivitas yang signifikan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.