Program KB Sekarang Tak Sesukses Dulu, Kenapa?

Jika dulu di masa orde baru program KB begitu gencar digalakkan. Mengapa kini tak lagi?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 25 Agu 2014, 19:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta "2 Anak Cukup" slogan ini begitu gencar pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Di desa-desa juga mudah menemukan pagar tembok rumah bercap logo Keluarga Berencana (KB). Penyuluh KB pun dengan mudah ditemui di desa-desa. Rasa-rasanya berbagai pihak dari level terendah, sektor pemerintah dan swasta lebur terlibat dalam program ini.

Hal ini membuat kesuksesan program Keluarga Berencana (KB) yang dilaksanakan sejak tahun 1970 sukses berjalan. Angka kelahiran dan laju pertumbuhan penduduk pun menurun berhasil mencegah 100 juta kelahiran penduduk dalam tiga dekade.

Namun sayang, hal prestasi tersebut tak dapat dipertahankan. Karena angka kelahiran hingga tahun 2002 2,6 juta per wanita tak juga turun sampai tahun 2012 seperti yang diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal di Ruang Auditorium LIPI, Jakarta (25/8/2013).

Menurut Jalal dalam acara bertajuk Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XIV ini ada empat hal pemicu tak kesuksesan program KB. Yaitu:
1. Tak adanya lembaga mandiri yang mendukung program KKB menyebabkan melemahnya komitmen pemerintah daerah terhadap program KB.
2.Menurunnya jumlah dan kualitas petugas KB di lapangan.  
3. Makin diperparah dengan dengan terbatasnya anggaran APBD yang menunjang program KB.
4. Terakhir, meningkatknya jumlah penduduk dengan perekonomian menengah ke atas atau sejahtera, khususnya di perkotaan menolak program KB.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya