`Tidak Ada Produk Teknologi yang Kebal Sadap`

Hampir seluruh perangkat teknologi mengadopsi komponen dan sistem operasi yang diproduksi oleh pihak ketiga.

oleh Adhi Maulana diperbarui 26 Mar 2014, 16:50 WIB
Hampir seluruh perangkat teknologi mengadopsi komponen dan sistem operasi yang diproduksi oleh pihak ketiga.

Liputan6.com, Jakarta Isu penyadapan dan perampasan data privasi belakangan menjadi permasalahan serius yang menghantui para pengguna internet di berbagai penjuru dunia . Satu persatu aksi penyadapan yang dilakukan agen keamanan nasional Amerika Serikat (National Security Agency/NSA) diungkap oleh mantan agen CIA, Edward Snowden.

Mulai dari jejaring sosial, email, hingga ponsel seluler tak luput dari aksi siponase NSA. Parahnya lagi, para petinggi negara-negara dunia, termasuk Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), juga menjadi korban penyadapan NSA.

Terkini, dalam laporan yang diungkap Snowden, lembaga intelijen NSA disebutkan berhasil menyusupi fasilitas Huawei. Penyusupan itu membuat NSA bisa mengetahui data yang ada di jaringan dan produk Huawei.

Menanggapi permasalahan ini, Agung Harsoyo selaku pakar IT dan Dosen ITB berpendapat bahwa sebenarnya memang tidak ada perangkat teknologi yang benar-benar aman dari risiko penyadapan.

Menurutnya, hampir seluruh perangkat teknologi mengadopsi komponen dan sistem operasi yang diproduksi oleh pihak ketiga, besar kemungkinan jika pada komponen dan sistem operasi tersebut telah sejak awal dipasangi alat sadap yang bisa digunakan sesuai kebutuhan pihak yang berkepentingan.

"Vendor produk teknologi kan tidak menciptakan seluruh komponennya sendiri. Prosesor dan sistem operasi misalnya. Dua komponen inti ini masih diproduksi oleh pihak ketiga di luar vendor yang notabene merupakan perusahaan-perusahaan besar yang berbasis di negara-negara Adi Kuasa. Bisa saja mereka memiliki kepentingan dan menanamkan program penyadapan pada hardware atau software yang dipasarkan," jelas Agung di acara diskusi Indonesia ICT Forum yang berlangsung hari ini, Rabu (26/3/2014, di Jakarta.

Lebih lanjut Agung menjelaskan, dalam dunia teknologi tak ada istilah sempurna. Secanggih-canggihnya kita membangun sistem keamanan perangkat, maka akan semakin canggih pula serangan yang datang. Khusus untuk kasus penyadapan, Agung mengimbau agar proses proteksinya dimulai dengan kesadaran dan kewaspadaan pribadi penggunanya.

"Kuncinya adalah aware, kita mungkin tak bisa membendung aksi penyadapan karena sebenarnya ini juga sudah lama terjadi dan dilakukan oleh agen-agen intelijen dunia. Namun kita setidaknya bisa mencegah atau mempersulit. Kalo masyarakat biasa seperti kita ya bisa pakai software-software khusus kemanan data, tapi kalo kelas Presiden, ya perlakuannya harus lebih spesial," kata Agung.

Agung memberi contoh, di Amerika Serikat, Presiden Barack Obama diharuskan menggunakan ponsel yang sudah lolos verifikasi kemanan yang ditetapkan oleh Pentagon. Selain itu, mereka pun memiliki server sendiri agar berbagai data aman dan tidak dapat diakses oleh pihak luar. Bahkan, Obama juga diketahui memiliki kabin khusus di dalam Gedung Putih untuk melakukan panggilan dan menerima telepon.

"Mereka (AS) sudah sangat aware, karena tahu ancaman yang mengintai. Tidak bisa seorang Presiden pakai ponsel pabrikan yang sama seperti yang kita gunakan," lanjut Agung.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya