Sukses

Perumahan Pengungsi Ambon Tak Layak

Bahan baku yang digunakan untuk membangun rumah bagi pengungsi asal Rutong dan Kahena di Ambon, Maluku tak berkualitas. DPRD setempat akan memanggil Kadis Kimpraswil Maluku Piet Mustamu.

Liputan6.com, Ambon: Pengungsi asal Rutong dan Kahena di Ambon, Maluku, mengeluhkan kualitas pembangunan rumah yang mereka tempati. Mutu bangunan yang digarap Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Maluku itu jauh dari semestinya. Misalnya, semen, seng, dan besi yang digunakan hanya separuh dari ketentuan yang tercantum dalam draf Dinas Kimpraswil Maluku. Selain itu, rumah tersebut didirikan di atas lahan seluas 5 x 6 meter menyalahi yang seharusnya 8 x 12 meter.

Sejumlah anggota Komisi D DPRD Maluku yang membidangi masalah pembangunan juga mengaku heran mendapati hasil pembangunan rumah yang tampak asal jadi dan berukuran lebih kecil dari seharusnya itu. Padahal, menurut mereka, pemerintah pusat telah menyediakan biaya senilai Rp 15 juta untuk per unit rumah. Untuk menjelaskan kejanggalan ini, dalam waktu dekat, Komisi D akan meminta keterangan Kepala Dinas Kimpraswil Maluku Piet Mustamu.

Tak hanya masalah kualitas bangunan yang dikeluhkan pengungsi korban konflik Negeri Seribu Pulau. Sebagian dari mereka bahkan bernasib lebih menyedihkan, yakni tak mendapat jatah bantuan perumahan [baca: Minim, Pemukiman untuk Pengungsi di Ambon]. Akibatnya, mereka terpaksa bertahan di lokasi penampungan Ruko Batu Merah dan Aster, Ambon. Saat diselidiki, ternyata bangunan 1.000 rumah di kawasan permukiman Kebon Cengkeh dan Aster yang dibuat pemda setempat tak bisa menampung semua pengungsi yang jumlahnya terus bertambah.(MTA/Sahlan Heluth)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.