Sukses

SpaceX Siap Luncurkan 144 Roket pada Tahun 2024

SpaceX akan meluncurkan sekitar 144 roket pada tahun 2024 dengan peluncuran 12 roket per bulannya, misi ini sebagian besar bertujuan agar dapat secara resmi meluncurkan layanan satellite-to-cell phone.

Liputan6.com, Jakarta - Eksekutif SpaceX Bill Gerstenmeir baru-baru ini mengungkap bahwa perusahaan berencana akan meluncurkan roket sebanyak mungkin dalam dua setengah bulan ke depan. Ini sebagai upaya menerbangkan 100 roket pada akhir tahun 2023.

Dia juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2024, SpaceX akan meluncurkan sekitar 12 penerbangan per bulan. Dengan demikian, dalam satu tahun perusahaan memiliki 144 misi. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Senin (23/10/2023). 

Peningkatan jumlah misi ini, sebagian besar bertujuan agar dapat secara resmi meluncurkan layanan satellite-to-cell phone.

“Dengan 2 juta pengguna kami, perusahaan memerlukan penyegaran konstelasi tersebut,” kata juru bicara SpaceX kepada Ars Technica

Ia menambahkan, “Kami juga akan melihat komunikasi langsung ke seluler dengan Starlink. Dan itu adalah fitur utama yang akan ditambahkan tahun depan dengan 144 penerbangan tersebut.”

SpaceX pertama kali mengumumkan layanan ITU, yang memungkinkan smartphone biasa terhubung dengan satelitnya, pada tahun 2022.

Pengumuman ini diungkapkan bersama dengan T-Mobile, yang berjanji akan membuat kemampuan tersebut dapat diakses oleh pelanggannya. 

CEO T-Mobile Mike Sievert mengibaratkan teknologi ini seperti memasang menara seluler di angkasa dan mengatakan teknologi ini suatu hari nanti dapat menghilangkan zona mati. Misalnya, memudahkan orang-orang untuk saling berhubungan meskipun mereka berada di tengah lautan. 

Wakil Presiden Penjualan Perusahaan Starlink SpaceX Jonathan Hofeller juga mengatakan pada awal 2023 ini bahwa perusahaan bersiap untuk mulai menguji layanan tersebut.

Sebelumnya, SpaceX mengatakan bahwa kemampuan tersebut akan membutuhkan satelit lebih besar yang akan diluncurkan di dalam kendaraan Starship perusahaannya. 

Namun, roket raksasa tersebut belum beroperasi dan perusahaan harus merancang satelit Starlink berukuran sedang yang dapat terbang dengan roket Falcon 9 miliknya. Satelit tersebut lebih besar dari model lama, tetapi lebih kecil dari yang dibutuhkan untuk mengaktifkan layanan suara dan data. 

SpaceX tidak memiliki rencana untuk meluncurkan layanan suara dan data Starlink hingga tahun 2025, dan baru akan memperkenalkan kemampuan direct-to-cell dengan jangkauan SMS pada tahun depan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Starlink Mau Masuk ke Indonesia

Di samping itu, baru-baru ini, jaringan internet berbasis satelit milik Elon Musk disebut-sebut bakal masuk Indonesia. Hal ini turut menjadi perhatian operator seluler di Indonesia. 

XL Axiata menyebut pihaknya terbuka atas kerja sama dengan pemain baru. Namun, pemerintah perlu membuat keseimbangan atau level playing field antara operator dengan perusahaan-perusahaan telekomunikasi baru, seperti Starlink ini. 

"Jadi sebenarnya kami dari sisi operator tentu selalu terbuka atas kerja sama," kata Direktur & Chief Enterprise Business and Corporate Affairs XL Axiata, Yessie D Yosetya di sela acara ulang tahun XL Axiata ke-27 di Jakarta, Senin (9/10/2023).

"Tapi kalau melihat perkembangan dinamika dunia industri, yang perlu diperhatikan adalah keseimbangan." 

Yessie melanjutkan, keseimbangan dimaksud misalnya ada operator baru, harus mempunyai keseimbangan dari sisi regulasi termasuk lisensi sebagai penyedia jejaring. 

"Yang kami bicarakan, peran pemerintah harus melihat industri mau tetap maju, perlu keseimbangan dalam ekosistem dan regulasi," katanya. 

Namun, Yessie tak menutup adanya kerja sama antarbisnis antara XL Axiata dengan Starlink. 

"Kerja sama bisa dalam berbagai bentuk, mulai dari penyediaan ground segment atau backhaul, dan lainnya," kata Yessie.

3 dari 4 halaman

Menkominfo Tanggapi Rencana Penjajakan Menkes Pakai Internet Starlink dari Elon Musk untuk Puskesmas 3T

Selain itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi juga dilaporkan telah bertemu dengan Elon Musk dalam kunjungannya ke Amerika Serikat beberpaa waktu lalu.

Dalam pertemuan tersebut, ia menjajaki kerja sama dengan Starlink, dengan harapan jaringan satelit internet itu bisa menyediakan akses internet di Puskesmas wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Terkait penjajakan tersebut, Menteri Kominfo (Komunikasi dan Informatika) Budi Arie Setiadi menuturkan, Menkes Budi Gunadi memang sudah menginformasikan padanya mengenai puskesmas yang tidak memiliki internet.

Ia menuturkan, ada sekitar 1.200 puskesmas yang tidak memiliki akses internet, dan secara spesifik ada 400 puskesmas ada internet tapi lebih lambat. Karenanya, kerja sama yang dilakukan Kemenkes itu merupakan B2B (Business to Business), karena Starlink hadir melalui Telkom.

"Biar itu B2B antara Kemenkes dan operator seluler, sebagai sarana konektivitas untuk dan solusinya itu salah satunya pakai Starlink," tutur Menkominfo.

Sebelumnya, Menkes menuturkan, penjajakan kerja sama dengan Starlink merupakan upaya Kemenkes untuk memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata.

“Sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, infrastruktur Puskesmas dipastikan harus memadai,” ujarnya.

Menurut data Kementerian Kesehatan RI, saat ini ada lebih dari 10 ribu puskesmas di Indonesia. Namun, belum semuanya memiliki akses internet.

Masih ada sekitar 2.200 puskesmas dengan 11.100 puskesmas pembantu tidak terhubung dengan internet.

Hal ini menyulitkan mereka untuk memberikan layanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat, terutama di masa pandemi Covid-19.

Lewat jaringan internet milik Starlink, Menkes berharap dapat memberikan akses lebih baik ke layanan kesehatan, komunikasi antar daerah lebih mudah.

"Tak hanya itu, peningkatan konektivitas internet ini dapat membantu tenaga kesehatan membuat laporan dari fasilitas pelayanan secara real time.

4 dari 4 halaman

Amazon Luncurkan Satelit Internet Pertamanya ke Luar Angkasa Buat Saingi Starlink

Terlepas dari berita di atas, satelit internet uji coba pertama milik Amazon sukses meluncur ke luar angkasa pada hari Jumat waktu setempat.

Dua satelit internet dalam Project Kuiper ini diluncurkan dengan roket Atlas V milik United Launch Alliance ke orbit rendah Bumi, dalam misi bernama Protoflight.

Misi ini lepas landas pada pukul 14.06 ET dari Cape Canaveral Space Force Station di Florida, Amerika Serikat.

Project Kuiper merupakan proyek satelit internet mirip Starlink dari Amazon. Sebelumnya, mereka sempat merencanakan peluncuran prototipe pada akhir tahun lalu.

Vice President of Technology Project Kuiper, Rajeev Badyal, mengatakan mereka optimistis terhadap desain satelitnya, meski tetap harus melakukan pengujian di orbit.

"Kami telah melakukan pengujian ekstensif di laboratorium kami dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap desain satelit kami, namun tidak ada yang bisa menggantikan pengujian di orbit," ujarnya.

"Ini adalah pertama kalinya Amazon meluncurkan satelit ke luar angkasa, dan kami akan belajar banyak hal terlepas dari bagaimana misi tersebut dijalankan," kata Badyal, mengutip Engadget, Senin (9/10/2023).

Amazon mengatakan, tujuan dari Project Kuiper adalah untuk menawarkan layanan broadband yang cepat dan terjangkau, bagi komunitas yang belum terlayani dan kurang terlayani di seluruh dunia.

Direncanakan, lebih dari 3.200 satelit akan tersebar selama enam tahun ke depan, setelah memperoleh persetujuan regulator FCC, dan prototipe KuiperSat-1 dan KuiperSat-2 sebagai iterasi pertama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini